Pengudusan untuk melayani Kristus tak dapat dipisahkan dari pengudusan untuk melayani Gereja. Ignatius dan teman-teman pertamanya mempertimbangkan ini sehingga saat mereka menulis Formula dari Serikat kalian yang juga merupakan inti dari karisma kalian berbunyi: “Untuk melayani Tuhan dan mempelaiNya yaitu Gereja dibawah Uskup Roma (Julio III, Formula I). Dengan sedih dan gelisah saya melihat bahwa sentire cum Ecclesia (seperasaan dengan Gereja) yang kerap kali disinggung oleh pendiri kalian kini memudar bahkan pada beberapa anggota komunitas religius. Gereja menanti dari kalian satu terang untuk memulihkan sensus Ecclesiae (rasa memiliki terhadap Gereja).
...
Cinta kepada Gereja dalam setiap arti kata itu- baik Gereja sebagai umat Allah atau Gereja hierakis- bukanlah sentimen manusiawi yang datang dan pergi menurut orang yang mengalaminya atau menurut kenyamanan kita terhadap keadaan yang muncul dari mereka yang ditempatkan Tuhan memimpin Gereja. Cinta kepada Gereja didasarkan pada iman, pada karunia yang Tuhan berikan, karena Ia mencintai kita, Ia memberi kita iman kepadaNya dan kepada mempelaiNya yaitu Gereja. Tanpa karunia iman dalam Gereja tidak dapat ada cinta kepada Gereja.
Saya menggabungkan diri dengan kalian dalam doa memohon kepada Tuhan agar Ia memberi kalian rahmat untuk bertumbuh dalam iman dan cinta bagi Gereja ini yang kita akui kudus, katolik, dan apostolik.
Dengan sedih dan gelisah saya juga melihat perkembangan yang menjauhi Hierarki. Spiritualitas Ignatian bagi pelayanan apostolik “dibawah Uskup Roma: tidak mengizinkan pemisahan ini. Dalam Konstitusi yang ia tinggalkan bagi kalian, Ignatius menginginkan untuk membentuk pikiran kalian secara sungguh-sungguh dan dalam buku Latihan Rohani (n 353) dia menulis “kita harus selalu menjaga pikiran kita siap dan siaga untuk mematuhi Mempelai Kristus sejati dan Bunda Suci kita, Gereja yang Hierarkis”. Kepatuhan religius hanya dapat dimengerti sebagai kepatuhan dalam cinta. Inti yang paling mendasar dari spiritualitas Ignatian terdapat dalam menyatukan cinta kepada Allah dan cinta kepada Gereja Hierarkis.
...
Ignatius menempatkan dirinya dibawah perintah Uskup Roma “supaya tidak tersesat dalam via Domini (jalan Tuhan)” (Konst 605) dalam penyebaran para biarawannya ke seluruh dunia dan untuk hadir dimana kebutuhan Gereja lebih besar.
Waktu berubah dan Gereja sekarang harus menghadapi kebutuhan baru dan mendesak, saya akan menyebutkan satu, yang dalam penilaian saya sangat penting dan kompleks pada masa sekarang ini dan saya mengajukannya supaya menjadi pertimbangan kalian. Yaitu kebutuhan untuk menyampaikan kepada umat dan kepada dunia kebenaran otentik yang diwahyukan dalam Kitab Suci dan Tradisi. Perbedaan doktrinal pada semua tingkatan, diantara mereka yang karena panggilan dan misi dipanggil untuk mewartakan Kerajaan kebenaran dan cinta, membingungkan umat beriman dan menuntun kepada relativisme tanpa batas. Hanya ada satu kebenaran, walaupun ia harus selalu diketahui lebih dalam.
Adalah tugas “kuasa mengajar Gereja yang hidup, yang kekuasaannya dijalankan atas nama Yesus Kristus yang adalah jaminan kebenaran yang diwahyukan. Semoga mereka yang menurut peraturan kalian, bertugas mengawasi ajaran dalam majalah dan publikasi kalian melakukannya dalam terang dan menurut “norma sentire cum ecclesia”, dengan cinta dan tanggung jawab.