Minggu, 01 November 2009

Qurbono: Minggu Pemberkatan Gereja

Liturgi Maronite, berbeda dengan Latin, dimulai 8 pekan sebelum Natal, dengan perayaan Minggu Pemberkatan Gereja. Dalam Minggu Pemberkatan ini secara khusus direnungkan misteri Gereja dan ibadat yang sejati yang berkenan kepada Allah. Berikut ini adalah teks khusus dari liturgi Qurbono Minggu Pemberkatan Gereja.


Mazmur Pembukaan : Mazmur 84

Doa Pembukaan
Ya Tuhan Allah, jadikanlah kami layak untuk masuk ke kediaman kudus-Mu dengan kemurnian dan kekudusan. Jadikanlah hukum-Mu sebagai pakaian kami, dan hiasilah kami dengan ketetapan-ketetapan-Mu, agar anak-anak terang dapat bersukacita bersama dengan sahabat-sahabat Pengantin Pria pada pesta perkawinan-Mu yang gemilang; sehingga kami akan mengakui kebaikan-Mu yang tak terkatakan bagi kami, ya Kristus, dan memuji kemuliaan kerajaan-Mu, dan Bapa-Mu, dan Roh Kudus-Mu, sekarang dan selama-lamanya.

HOOSOYO

Proemion

Pujian dan kemuliaan bagi Tritunggal Mahakudus. Semga kami layak untuk memuliakan, bersyukur, dan menghormati Perancang bijak yang dengan rahmat-Nya membangun Gereja Kudus-Nya sebagai benteng pengampunan dan melindungi umat imami-Nya dengan penuh perhatian sebagai penopang iman. Dalam belaskasih-Nya, Ia membangun menara penebusan bagi umat-Nya dan dalam komunitas ini hidup umat yang telah ditebus dilindungi dari segala kejahatan oleh salib-Nya. Maka, sudah sepantasnyalah Dia dipuji dan dihormati pada saat ini dan di setiap waktu, musim, jam, peristiwa dan sepanjang hari hidup kita, sekarang dan selama-lamanya.
Amin.

Sedro
Ya Kristus Allah kami, Engkau membangun Yerusalem yang dikenal sebagai Gereja Kudus dan mengumpulkan Israel yang terpencar didalamnya. Bangsa-bangsa mengakui kabar gembira keselamatan dari Kristus yang menjanjikan bahwa Gereja-Nya tak akan dikuasai alam maut dan kuasa-kuasa di bumi atau di atas bumi, karena Allah berdiam di dalam-Nya sehingga Gereja tidak gentar.
Kristus akan menegakkan Gereja untuk selama-lamanya menurut janji-Nya: “Lihatlah, Aku menyertai kamu sampai akhir zaman.” Para Nabi suci menubuatkan kedatangan Gereja, dan para Rasul ilahi mewartakan penebusan-Nya. Para Martir kudus menerima mahkota karena iman Gereja yang benar.
Karena itulah, pada hari ini, kita merayakan pengudusan Gereja yang mulia dan berkata: Bangkit dan bersinarlah, ya Gereja Kudus, karena Perancang bijak yang meletakkan dasar-dasar-Mu telah membangun pilar-pilar gerbang-Mu. Bangkit dan bersinarlah, karena Allah yang perkasa telah memilihmu sebagai kediaman-Nya untuk selama-lamanya. Bangkit dan bersinarlah, karena Ia menetapkan batas-batas-Mu dalam dami, ya Harapan sampai ke ujung-ujung bumi.
Maka, kami meminta dan memohon kepada-Mu, ya Tuhan, sekali lagi ingatlah akan Gereja-Mu. Dalam belas kasih-Mu, tebuslah para ahli waris-Mu dan bebaskanlah kawanan-Mu dari segala kesulitan. Berilah istirahat kepada yang telah dipanggil dari Gereja ke dalam kerajaan-Mu. Berilah kedamaian di kediaman-Mu yang suci kepada mereka yang telah melayani kehendak-Mu dan kumpulkanlah mereka di sisi kanan-Mu untuk menikmati wewangian dalam perjamuan-Mu. Dan kemudian bersama-sama kami akan memuliakan-Mu selama-lamanya.
Amin.

Qolo
Terberkatilah engkau, Gereja yang kudus dan setia: Pengantin Pria yang menikahimu mempersembahkan kepadamu padang yang baik dan subur; Ia membawa minuman yang memuaskan dahaga para tamu perjamuan pernikahanmu. Datanglah: makanlah api dan roti dan minumlah roh dalam anggur. Engkau dimulaikan dalam api dan roh dank au akan memasuki Kerajaan dalam kawanan-Nya.
Ya Tuhan, berilah damai kepada Gereja-Mu di seluruh penjuru dan jagat. Singkirkanlah pertikaian, perpecahan, dan penyebab pergunjingan di dalamnya. Tegakkanlah para gembala di tengah-tengahnya yang akan menuntun Gereja dalam jalan-Mu; kumpulkanlah semua putera-puterinya dalam iman yang sejati di dalamnya. Maka, saat Engkau datang dalam kemuliaan, Gereja akan menemukan sukacita kawanan-Mu dalam kerajaan-Mu.

Etro
Ya Kristus, Engkaulah wewangian yang berkenan kepada Allah dan keharuman yang manis bagi-Nya. Terimalah aroma dupa ini, yang kami persembahkan kepada-Mu sebagai tanda syukur kami. Berilah damai dan keselarasan kepada Gereja Kudus-Mu, dan kepada para Imam dan Uskup yang melayani di Altar-Mu, agar mereka dapat memerintah Gereja menurut Roh-Mu. Maka, ya Kristus, kepala para Uskup, kami akan memuji dan memuliakan-Mu, Bapa-Mu, dan Roh Kudus-Mu yang memberi hidup, sekarang dan selama-lamanya.

Mazmooro
Bagaikan awan para Imam pendupaan dan Diakon mengelilingi Altar pendamaian sementara sang Roh menaungi di atasnya. Segala bangsa, dengarlah ini: para Imam mengelilingi Altar. Semua penduduk bumi berilah telinga: Roh Kudus menaunginya. Tuhan mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang iman. Petrus memasukinya dan meletakkan dasarnya, dan Paulus menghiasi bangunannya.


Epistel: Ibrani 9: 1-12

Fetgomo
Alleluia! Alleluia! Dan aku berkata kepadamu, engkaulah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Ku dirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya.

Injil: Matius 16: 12-30

Sabtu, 31 Oktober 2009

Dari Ortodoks Koptik Menjadi Katolik Koptik

Diterjemahkan dari
Catholic Answer Forum: My Witness by mardukm

Keterangan Istilah:
Ortodoks Timur= Gereja-gereja Ortodoks yang mengakui 7 Konsili Oikumenis pertama dan berada dalam persekutuan dengan Patriarkh Konstantinopel, serta baru memisahkan diri dari Gereja Katolik sejak tahun 1054.

Ortodoks Oriental= Gereja-gereja Ortodoks yang memisahkan diri sejak Konsili Chalcedon, dan karenanya juga disebut sebagai non-Chalcedonian. Termasuk ke dalam Gereja-gereja ini adalah Gereja Ortodoks Koptik dan Gereja Ortodoks Syria.

Katolik Koptik= Salah satu dari 22 gereja otonom dalam persekutuan Gereja Katolik. Gereja ini terdiri dari orang-orang Koptik yang kembali ke dalam persekutuan Katolik.


Kristos Anesti!
(Kristus Bangkit!)

Saudara-saudari dalam Kristus


Beberapa waktu lalu, saya telah menerima beberapa permintaan untuk menceritakan pengalaman perpindahan Gereja saja. Saya selalu merasa enggan melakukannya karena merasa tidak punya cukup waktu untuk itu. Bagaimanapun juga, perhatian utama saya adalah saya khawatir orang-orang akan berpikir mengenai sesuatu yang salah dengan iman Ortodoks Koptik saya. Namun, sejak saya kembali online sekitar dua minggu yang lalu, saya telah menerima sejumlah permintaan melalui pesan pribadi atau e-mail (kebanyakan adalah orang yang tak pernah saya temui di Catholic Answers Forum; saya menduga mereka memiliki status ‘sekedar pembaca’ atau saya hanya tidak berjumpa dengan mereka), mereka ini adalah orang-orang Timur, Oriental, dan Barat yang ingin agar saya memberikan kesaksian tentang perpindahan saya. Setelah banyak berdoa, akhirnya saya memutuskan untuk memberikan kesaksian perpindahan saya. Saya sendiri tidak pernah berhenti untuk membela atau mewartakan iman Ortodoks Koptik di forum-forum yang saya ikuti, jadi saya pikir saya bisa berterus terang mengenai hal ini tanpa melanggar perhatian utama yang saya sampaikan di atas.

Sebelum mulai, saya ingin menyampaikan suatu pengamatan bahwa salah satu permintaan itu ada yang menyatakan “Saya belum pernah menemui seorang Oriental yang berpengetahuan dan tampak Romawi seperti Anda.” Dalam tradisi Koptik saya, belajar dipuji sebagai sarana yang penting untuk mengenal Allah, secara istimewa adalah mempelajari Kitab Suci, Bapa-bapa Gereja, dan kehidupan para kudus. Saya selalu berusaha untuk menjadi seorang pelajar yang serius (sayangnya belakangan ini tidak, karena tanggung jawab dunia nyata saya meningkat dengan sangat dramatis). Saya memiliki waktu tiga tahun unuk memutuskan kepindahan saya- karena mempelajari kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme Barat, rasanya setara dengan gelar Master bagi saya! Walaupun saya kira saya belum menerima gelar Doktor. Tetapi, sebenarnya, pernyataan saya mengenai kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme hanyalah masalah penelitian. Seelumnya saya tidak tahu apapun tentang Katolisisme selain dari apa yang dikatakan oleh orang-orang non-Katolik. Hanya melalui pembelajaran yang intensif saya menemukan betapa banyak hal yang dimiliki bersama oleh Ortodoks Koptik dan Katolisisme. Hal-hal itu mungkin membuat saya, entah bagaimana, terilah “Romawi”. Tetapi, saya hanya menundukkan pendirian saya tidak lebih daripada bersifat patristik. Ada banyak hal dimana ketika saya mempertahankan Kekatolikan sebenarnya adalah pembelaan terhadap warisan Ortodoks Koptik saya- ajaran Penebusan, spiritualitas penitensial (termasuk gagasan penderitaan dapat menuntun pada kesempurnaan), iman dan akal budi, sekerta eklesiologi yang bersifat yuridis/hierarkial, eklesiologi Agustinian (sejauh dibedakan dari Cyprian), sikap mengenai kewajiban suci terhadap Allah sebagaimana diarahkan oleh hierarki, kesederhanan Allah, penghargaan terhadap ungkapan teologis yang berbeda dan definisi-definisi dalam Gereja, pandangan ekumenis, tidak dapat putusnya perkawinan/pelaksanaan pembatalan perkawinan, kanon Kitab Suci yang identik, ajaran tentang kejatuhan manusia dari keadaan rahmat, tekanan akan keadilan Ilahi, dst.

Menariknya (sebuah kata euphemistic dibutuhkan di sini), orang-orang Ortodoks Timur/Byzantine (khususnya para polemis) melihat semua ini dengan semangat pertentangan, dan bahkan kebencian, ketika dihadapakan dengan Katolisisme, tetapi jika berhadapan dengan Ortodoks Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum), entah bagaimana kebencian itu hilang dan masalah bisa diatasi dengan mudah! Kita sering mendnegar gagasan bahwa perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental adalah dua kodrat Kristus. SALAH. Saya menghargai ketika orang Ortodoks Timur memandang seorang Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum) sebagai saudara mereka dalam Ortodoksi, tetapi saya kira hal ini adalah hasil dari kurangnya pengetahuan mengenai Ortodoksi Oriental dan Katolisisme, dan setidaknya ada dua keberatan yang muncul dari ekumenisme palsu semacam ini: 1) Penolakan untuk mengakui perbedaan tradisi dan spiritualitas dari Gereja-gereja Ortodoks Oriental pada umumnya, dan Gereja Ortodoks Koptik pada khususnya; 2) Hal itu secara menyedihkan dan nyata semakin mengekalkan prasangka buruk terhadap Gereja Katolik. Hal yang terakhir ini bukan hanya sekedar fakta saja, tetapi juga menghalangi perwujudan dari DOA KRISTUS SENDIRI bagi kesatuan Tubuh-Nya. Maka, jika sekarang ini saya menyoroti perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental, saya tidak bertujuan untuk mendukung sksima. Tidak ada niat untuk itu! Sebaliknya tujuan saya adalah agar orang mengenali tradisi dan spiritualitas Ortodoks Oriental yang khas, yang seringkali tidak terwakili dan tidak diakui, dan juga untuk mengajak orang-orang Ortodoks Timur agar berpikir- “Jika kalian bisa mengatasi perbedaan-perbedaan ini dengan saudara-saudara Orientalmu mengapa kamu tidak melakukannya dengan saudara-saudara Katolikmu? Mengapa menyorotinya (mungkin tanpa disengaja) akan memperpanjang skisma dengan Katolisisme, sementara kamu mengabaikan kesulitan-kesulitan itu ketika kamu berpikir tentang Ortodoksi Oriental?”

Hal semacam ini memiliki dampak yang besar dalam perpindahan saya ke Gereja Koptik Katolik. Saya tak pernah melihat usaha seorang Koptik Katolik untuk membujuk seorang Ortodoks Koptik berpindah Gereja, namun saya telah menemui orang Ortodoks Timur melakukannya terhadap orang Koptik, DAN bahkan seorang Ortodoks Timur yang berpindah ke Ortodoksi Oriental, justru berusaha memaksakan pandangan Timur tertentu kepada saudara-saudara non-Chalcedonian saya, khususnya mengenai pandangan yang berkaitan dengan (walaupun tidak terbatas pada) penebusan, kesederhanaan Allah, dan padangan non-ekumenis mereka terhadap Gereja Katolik. Saya menolak usaha apapun dari pihak Timur untuk memaksakan posisi mereka ke dalam identitas/tradisi Oriental yang khas (yang saya sebut sebagai helenisasi, dan tanda bagus untuk melihat seberapa jauh seorang Oriental ter-helenisasi adalah penghormatannya kepada Gregorius Palamas sebagai santo), sebagaimana orang Timur menolak Latinisasi.
Ortodoksi Timur telah memiliki terlalu banyak anggota yang menunjukkan intoleransi, ketidaktahuan, dan kesombongan, daripada buah-buah rohani kebaikan, pengertian, kebijaksanaan dan kerendahan hati. Saya memiliki kesan ini sejak saya masih seorang Ortodoks Oriental sebelum perpindahan saya ke Gereja Koptik Katolik; sedih memang, hanya sedikit bukti yang berkebalikan dengan hal itu telah saya lihat sebagai seorag Ortodoks Oriental yang memiliki persekutuan dengan Roma.

Jadi apa yang memulai perjalanan saya kepada Kekatolikan? Awalnya hanya perubahan sederhana dalam Liturgi Koptik yang hampir tidak dirasakan perubahannya, yaitu penghapusan frase “kepala para Rasul” dari gelar St. Petrus dan Paulus. saya ingin tahu alasan perubahannya, jadi saya menyelidiki Bapa-bapa Gereja. Hal ini dimulai sebagai sekedar penelitian ilmiah terhadap frase “kepala para Rasul” dalam Gereja perdana yang akhirnya mengantar kepada penerimaan yang nyata dna penuh akan Kebenaran yang diajarkan oleh Gereja Katolik.

Tentu saja ada hal-hal doktrinal yang memisahkan Ortodoksi Koptik dari Gereja Katolik- berbeda dari Kekatolikan, dan lebih dekat dengan Ortodoksi Timur, saya dapat menyebutkan sejumlah hal seperti: Pengandungan Tanpa Noda Bunda Allah, Filioque, Api Penyucian, dan Kepausan (sebagai masalah berbeda dari eklesiologi, karena eklesiologi Oriental lebih serupa dengan eklesiologi Katolik daripada eklesiologi Ortodoks Timur)- saya hanya menyebutkan hal ini karena hanya hal-hal itulah yang benar-benar bisa disebut masalah (hal lain seperti ikon, penggunaan roti tak beragi untuk Ekaristi, co-Mediatrik, dst. TIDAK TERMASUK). Saya tidak merasa bahwa saya harus masuk ke dalam masalah-masalah doktriner ini di sini, karena saya sudah melakukannya dalam banyak topik lain yang muncul di sini. Dan saya mengundang siapapun yang ingin mengetahui pandangan saya untuk mencari tanggan-tanggapan saya tentang topic-topik itu di forum ini. Dalam kesaksian, saya ingin membicarakan proses batin saya dalam memahami, menerima, dan merasa damai dengan apa yang saya (pada titik ini masih sebagai seorang Ortodoks Koptik TIDAK dalam persekutuan dengan Roma) tangkap sebagai perbedaan dalam hal ajaran.
1) Pertama dan terutama, dalam memahami masalah-masalah tertentu, hendaklah selalu memilih penjelasan dari mulut kuda dan bukan dari mulut sapi. Bedakan antara interpretasi yang mungkin dengan apa yang pada dasarnya dimaksud oeh ajaran itu. Dengan kata lain, terimalah ajaran-ajaran ini SEBAGAIMANA MEREKA ADA, bukan berdasarkan karikatur yang dikenakan kepada ajaran-ajaran itu oleh para polemis. Hal ini membutuhkan banyak pembelajaran dan pemahaman. Misalnya, mengenai masalah Filioque, keberatan umum yang disampaikan adalah bahwa ajaran ini mengaburkan pembedaan antara Pribadi Bapa dan Putera (beberapa polemic bahkan lebih jauh mengatakan bahwa ajaran ini mengaburkan SEMUA Pribadi Trinitas). Bagaimanapun, penafsiran semacam ini tidak dapat ditemukan dalam ajaran Gereja Katolik. Sebaliknya, Gereja Katolik malahan SECARA TEGAS mengajarkan pembedaan diantara Pribadi-pribadi Ilahi.
2) Dalam memahami sebuah masalah khusus, hendaklah selalu membiarkan argumen mengalir sampai selesai. Pada satu titik , pihak lain tidak akan dapat menjawabnya. Terimalah kata akhir, terutama JIKA hal itu logis. Misalnya, berkaitan dengan kepausan, tidak perduli dalam hal apa diskusi (atau argumen) mengenai kepausan dimulai, hal itu selalu berakhir dengan argumen dimana saya tidak pernah mendapatkan jawaban, “Kamu percaya akan prinsip apostolik tentang kerekanan (i.e. sebuah badan yuridis dengan kepala yuridis). lalu, apa yang membuatmu berpikir bahwa prinsip ini harus berhenti pada tingkat Kepatriarkan? Tidakkah hal itu juga harus diterapkan pada Gereja sebagai keseluruhan dan bukannya hanya pada Gereja-gereja lokal?” (Tentu, saya mengakui bahwa retorika semacam itu akan gagal untuk meyakinkan seorang Ortodoks Timur yang memiliki paradigm eklesiologi yang berbeda).
3) Saat menfsirkan suatu latar belakang sejarah, pilihlah yang mengakomodasi SEMUA fakta. Hal ini membutuhkan kebijaksanaan. Mislanya, dalam hal pendudukan Konstantinopel, biasanya orang-orang non-Katolik akan menyalahkan Paus atas seluruh kejadian ini. Para polemis ini tidak pernah memperdulikan bahwa Paus secara eksplisit melarang para prajurit perang salib untuk pergi ke Konstantinopel sebelum pergi ke tanah suci, dan bahwa penyebab langsung dari kehadiran tentara salib di Konstantinopel adalah seorang Yunani dari Konstantinopel sendiri.
4) Pelajarilah para Bapa Gereja awal. Hal ini memerlukan kesetiaan. Pembelajaran yang mendalam akan sejarah Gereja awal pada millennium pertama akan menunjukkan kebenaran yang menuntun kita menjadi satu sebagai Tubuh Kristus lagi. Pembelajaran ini akan menunjukkan semua Tradisi Aposolik yang kita miliki bersama daripada apa yang umumnya kita pahami atau salah pahami sebagai hal yang memisahkan kita.
5) Selalu menunda penilaian dan selalu mau untuk mendekati suatu masalah sebagai murid. Hal ini membutuhkan pengendalian diri dan kerendahan hati.
6) Selalu mau untuk mengakui bahwa Anda salah ketika fakta-fakta menunjukkan kita salah. Hal ini memerlukan kerendahan hati.
7) Pastikan hati nurani bersih dari segala tanda-tanda kemunafikan saat seseorang menuduh pihak lain atau semacanya. Hal ini membutuhkan pengertian dan kerendahan hati. Inilah pendekatan batin yang sungguh membantu saya. Semakin saya mampu melihat ke dalam dengan mata saya, saya semakin memahami bahwa saya tidak memiliki dasar yang kuat untuk sebagian besar, atau malah semua, kesalahpahaman saya mengenai Gereja Katolik. Misalnya, mengenai Maria dikandung tanpa noda. Saya dulu (sebelum perpindahan saya) pernah mengatakan kepada teman Katolik saya, “Jika pengandungan Maria tanpa noda menghindarkan Maria dari kemampuan berdosa, maka hal itu menghindarkannya dari kehendak bebas.” Ia menjawab, “Yesus tidak punya kemampuan berbuat dosa. Apakah kamu juga mempercayai bahwa Yesus tidak punya kehendak bebas? Hal ini tidak dapat dibantah adalah sesuatu yang sangat logis bagi saya. Sekarang saya sering menggunakan retorika itu, dan hasilnya selalu sama, entah pengakuan, atau kebungkaman. Tentu saja, cara berpikir ini tergantung pada poin 6 di atas- kemauan dan kerendahan hati untuk mengakui saat seseorang bersalah.
8) Mengampuni. Dalam pembelajaran saya akan Katolisisme, saya menerapkan setiap poin-poin ini, menghidupinya dengan banyak doa, dan menghasilkan buah-buah Roh. Saya mengakui bahwa momentum dari lahirnya sudut pandang ini adalah pengalaman saya sebagai seorang Arab-Amerika yang sejak masih kecil telah menerima banyak prasangka. Ketika saya tumbuh besar, saya dihadapkan pada pilihan: 1) Menyerah kepada kebencian, dan melakukan kepada orang lain seperti yang mereka lakukan padamu; 2) Menyerah pada apatisme; 3) Mencari kebaikan terlebih dahulu daripada menerima kejahatan, atau lakukan kepada orang lain apa yang kamu ingin mereka lakukan padamu. Berkat rahmat Allah, saya memilih pilihan yang terakhir. Contoh: Saat Bapa Suci Paus Yohanes Palus II dalam kenangan terberkati ingin mengunjungi Russia dengan Ikon dari Kazan (seingat saya itulah namanya), seorang pengamat Ortodoks Timur memberi dua kemungkinan: 1) Melihat kebaikan, dan memandang pemberian itu sebagai tindakan kerendahan hati; 2) Melihat yang jelek, dan melihat hadiah itu sekedar sebagai semacam sogokan. Saya menemukan banyak orang Ortodoks Timur yang memilih pilihan 1, tetapi yang memilih pilihan 2 lebih heboh dan menerima perhatian media. Karena pengalaman saya dengan prasangka, saya mencela kemunafikan dan ketidaktahuan.. Saya lebih bisa menerima keidaktahuan, dan selalu ingin mengoreksinya dengan pengetahuan yang disertai kesabaran, tetapi saat saya berhadapan dengan kemunafikan, saya aku, saya mendapat lebih banyak gairah untuk mempertahankan Gereja Katolik.

Saya juga sering ditanya mengenai perasaan saya tentang perubahan Liturgi di Gereja Barat. Bukankah ini suatu tanda bahwa Gereja Katolik mengkhianati tradisinya dan seharusnya mencegah saya dari menjadi Katolik? Hal ini, sekali lagi, menunjukkan kesamaan antara paradigm Katolik dan Koptik. Bagi orang Koptik, Uskup adalah penjaga jiwa kita, sebagaimana dinyatakan oleh Kitab Suci, dan dalam otoritas mereka ada kekuasaan untuk mengikat dan melepaskan untuk menentukan cara dan sarana yang melaluinya kita diilahikan; bentuk Liturgi ada dibawah pengawasan Uskup. Bagi orang Koptik dan Katolik, Liturgi terutama diarahkan untuk mendekatkan kita dengan Kristus., dan puncak dari Liturgi adalah Ekaristi, semua unsur lain dalam Liturgi diakui hanya sebagai sarana untuk menyiapkan diri atau merenungkan Ekaristi dengan cara yang layak. Dengan memperhatikan dua hal ini, sebagai orang Koptik saya tidak punya urusan untuk menilai Liturgi Barat. Dan jika saya harus menilainya, maka penilaian saya didasarkan pada dua kriteria di atas- 1) Apakah perubahan Liturgi ini dilakukan oleh otoritas yang berwenang; 2) apakah perbuahan ini untuk mempermudah atau meingkatkan persatuan dengan Kristus? Saya menemukan bahwa Gereja Katolik Barat telah memenuhi kedua kriteria ini (tentu saja perubahan ini tidak mengabaikan bahwa ada unsur-unsur tertentu dalam Misa/Liturgi yang mutlak harus ada agar Misa/Liturgi menjadi valid). Tuduhan sensasionalis terhadap gereja lokal yang melakukan ini dan itu jelas bukan kesalahan Magisterium Katolik, karena kesalahan-kesalahan ini muncul pada tingkat paroki (i.e. praktek-praktek ekstrim ini juga tidak diadakan oleh Uskup lokal).

Mungkin saja bahwa banyak orang Kristen Oriental terhelenisasi secara berlebihan. Hal ini terjadi karena kebanyakan literatur berjudul “Ortodoksi” yang dapat diperoleh datang dari Ortodoks Timur. Juga dipahami, bahwa orang-orang Kristen Oriental kerapkali melihat Ortodoksi Timur sebagai acuan bagi pemahaman spiritualitas, makna Liturgi, eskatologi, eklesiologi, dll. Hal yang menyedihkan adalah bersamaan dengan semua ini datanglah suatu cara pandang anti-Latin yang kuat. Segala sesuatu yang tampak dan berbau Latin, harus dianggap sebagai penyusupan terhadap tradisi Timur/Oriental yang “asli”. Hal ini JAAAAUHHH dari kebenarannya saudara-saudariku dalam Kristus. Orang Timur memiliki tradisi mereka sendiri yang terhormat, dan sebagai orang Oriental kita juga memiliki identitas khas kita sendiri, tanpa dipengaruhi oleh polemik Timur dan Barat dari abad 12 sampai abad 15.

Satu hal terakhir yang ingin saya sampaikan dan seringkali saya ulangi: Saya tidak datang ke dalam persekutuan Katolik dengan pandangan bahwa ada sesuatu yang salah dengan Ortodoksi Koptik. Saya tidak menolak apapun dari warisan Koptik saya untuk menjadi Katolik; saya hanya menolak kesalahpahaman dan ketakutan tentang Gereja Katolik yang dulu saya pegang. Inilah sebabnya saya tidak pernah dan tidak akan pernah menganggap keputusan saya menjadi Katolik sebagai suatu pertobatan, tetapi perpindahan. Perpindahan ini jelas merupakan suatu berkat khusus yang hanya dapat ditemukan dalam Gereja Katolik diantara keluarga Gereja-gereja Apostolik. Dan saya mengundang setiap orang untuk mempelajari Gereja Katolik dan menikmati damai Kristus yang tidak dapat dipahami.

Saya berdoa agar tulisan ini mencukupi sebagai jawaban bagi mereka yang meminta saya untuk memberikan kesaksian tentang harapan yang ada pada saya. Maafkanlah saya jika saya telah menyinggung seseorang. Dan silahkan menghubungi saya untuk pertanyaan lebih jauh.

Berkat,
Marduk.

Kamis, 29 Oktober 2009

Penjelasan Qurbono (Part 5)

Pra-Anafora
Pra-anafora terdiri dari sejumlah tindakan dan doa yang mengubungkan bagian pertama dan bagian kedua serta mempersiapkan bagian kedua, yaitu anafora, yang dalam bahasa Yunani berarti “persembahan Qurbono”. Bagian ini dibuka dengan Credo dan termasuk didalamnya adalah prosesi penyerahan persembahan, persembahannya di Altar, dan pendupaan Altar, persembahan dan umat.

Credo
Gereja Maronite menggunakan Credo Nicaea-Konstantinopel. Credo ini diperkenalkan dalam Ibadat Qurbono pada abad ke 5. Sebelumnya, Credo ini digunakan sebagai pengakuan katekumen yang dilakukan sebelum penerimaan mereka ke dalam Misteri Baptisan dan kemudian menjadi pengakuan umat terbaptis sebelum bagian liturgi Ekaristis, dulu pada bagian ini katekumen diutus dari Gereja.

Naik ke Altar

Selebran dan para pelayan yang membantunya menuju ke Altar, menyanyikan madah yang mengiringi mereka naik ke Altar. Madah ini berbeda dari dialog pembukaan pada awal Qurbono. Bagaimanapun juga, kedua madah ini memiliki arti yang sama. Dalam penggunaan madah ini kami tidak membedakan antara Uskup dan Imam, walaupun di waktu lampau madah ini dikhususkan hanya bagi Uskup. Naik ke Altar diikuti dengan tindakan mencium bagian tengah Altar, karena Altar adalah simbol Kristus sendiri; menghormatinya berarti menghormati Kristus sendiri.

Orientasi Selebran di Altar

Menurut tradisi Maronite dan menurut kesaksian Patriarkh Duwaihy, Altar harus dipisahkan dari tembok panti imam, agar selebran dapat mengelilinginya. Arsitektur gereja yang tradisional mengharuskan Altar menghadap ke timur. Jadi merupakan kebiasaan dimana selebran menghadap timur dan konggregasi di belakangnya menghadap arah yang sama.

Bagaimanapun, karena alasan-alasan pastoral dan pemahaman Ekaristi yang lebih baik, sebagaimana Perjamuan Malam Terakhir, cara baru perayaan telah muncul dalam Gereja, yaitu selebran menghadap jemaat. Berkat hal ini, umat yang lebih terdidik mengenai Qurbono telah menunjukkan partisipasi yang lebih besar.

Pada tanggal 6 Juni 1992, Sinode Patriarkhal para Uskup telah mendekritkan kemungkinan untuk merayakan baik menghadap umat, atau bersama umat menghadap timur. Pengaturan akhir mengenai masalah ini diserahkan kepada hierarki lokal. Sejumlah besar gereja baru telah dibangun untuk mengakomodasi arahan baru ini, yang dalam pandangan kami, menampilkan suatu pembaruan yang sejalan dengan semangat Qurbono (sebagaimana kenangan akan Perjamuan Malam Terakhir), dan juga memenuhi tuntutan kehidupan pastoral masa kini.

Pemindahan Persembahan
Persembahan diserahkan atau dipindahkan dari tempat persiapan ke Altar. Mereka dibawa dalam prosesi yang disertai lilin, dupa, dan nyanyian madah tradisional yang populer: “Tuhan bertahta berpakaian kemuliaan.” Banyak makna dikenakan kepada ritus ini, yaitu: pemisahan antara dua bagian Qurbono, Sabda Allah dalam Kitab Suci dan Sabda Allah dalam Ekaristi; juga undangan kepada jemaat untuk mempersembahkan diri dan dikuduskan bersama roti dan anggur yang dipersembahkan untuk menjadi Tubuh dan Darah Kristus.

Penyerahan Persembahan
Selebran menerima persembahan-persembahan, lalu mengangkatnya dalam sikap mempersembahkan persembahan kepada Allah sambil mengucapkan salah satu doa Maronite tertua dalam ritus ini.

Penempatan Persembahan di Altar

Penempatan persembahan di Altar adalah suatu tindakan liturgis imami; tindakan ini menandakan pemisahan bahan-bahan persembahan sebagai penyerahan resmi di Altar Allah. Ritus konsekrasi dimulai pada bagian ini. Melanjutkan penempatan di Altar, selebran melakukan sejumlah pengenangan, terutama: pengenangan akan Kristus dan rencana keselamatan-Nya dan pengenangan akan orang-orang kudus, terutama pelindung gereja dan orang kudus yang pestanya sedang dirayakan. Kemudian dia mewartakan intensi umum dan khusus yang bagi mereka persembahan ini disampaikan. Persembahan diletakkan di tengah Altar di atas sepotong kayu atau marmer yang dikonsekrasi (disebut tablet), atau di atas sepotong kain yang dikonsekrasi (seperti corporale dalam Gereja Latin).

Pendupaan

Untuk pertama kalinya selebran mendupai Altar yang disiapkan untuk mengurbankan persembahan yang ditempatkan di atasnya. Pendupaan sebelumnya, dalam doa mohon belas kasihan (Hoosoyo) sewaktu Ibadat Sabda, dilakukan diluar konteks Altar dan persembahan. Pendupaan ini disertai dengan madah peringatan, madah pendupaan “Pencinta mereka yang bertobat, dan madah lain seperti Salatooke Ma’na (Semoga doamu menyertai kami), atau madah lainnya.

Anaphora
Anaphora adalah kata dalam bahasa yunani yang berarti “persembahan atau “qurbono”. Di sini berarti serangkaian doa dan tindakan syukur; anaphora dimulai dengan ritus damai, konsekrasi dan komuni sampai penutupan ibadat. Bagian kedua dari Qurbono sekarang disebut dengan nama anaphora. Menurut tradisi Syriac Maronite kita, ada bermacam-macam anaphora; anaphora itu dikenakan kepada Dua Belas Rasul, atau salah satu Rasul dan Pengarang Injil, atau salah satu Patriarkh, Bapa Pendahulu, atau Uskup yang ternama. Jumlah anaphora dalam seluruh tradisi Syriac berjumlah sekitar tujuh puluh buah.

Anaphora Syriac Barat

Ada dua model anaphora dalam tradisi Maronite kita; beberapa diantaranya menggunakan model Syriac Barat, seperti Anaphora Santo Yakobus dari Yerusalem, sementara yang lainnya menggunakan model Syriac Timur seperti Anaphora Sharar dan Anaphora Addai dan Mari dari Assyria Chaldea.

Dalam edisi-edisi Qurbono sebelumnya (kecuali “Ritus Sederhana” terbitan Bkerke tahun 1973), sebagai tambahan dari model yang sepenuhnya Barat juga ada beberapa doa dari Anaphora Sharar yang termasuk model Syriac Timur. Anaphora ini kemudian menjadi perpaduan antara model Barat dan Timur. Dalam teks Qurbono baru ini, kami menghapuskan duplikasi semacam itu. Kami menyusun anaphora hanya menurut model Syriac Barat saja tanpa doa-doa Anaphora Sharar Maronite Timur. Bagaimanapun, hal ini tidak berarti kami sepenuhnya mengabaikan Anaphora Sharar (lihat bawah).

Ada banyak anaphora-anaphora Syriac Barat yang digunakan oleh Gereja Maronite. Kami menemukan beberapa diantaranya dalam manuskrip-manuskrip Maronite, terutama dalam kompilasi anaphora-anaphora yang disiapkan oleh Patriarkh Duwaihy. Kompilasi ini memuat tiga puluh nama, beberapa diantaranya memiliki nama non-Maronite. Teksnya bervariasi dari satu manuskrip dengan yang lainnya. Bagaimanapun, beberapa anaphora ini benar-beanr berasal dari sebelum abad ke 10; mereka juga dipakai dalam sejumlah manuskrip dan edisi-edisi Buku Qurbono selanjutnya.

Sementara itu, untuk edisi Qurbono ini, kami hanya membatasi jumlahnya menjadi enam anaphora saja, kami berharap nantinya kami dapat melengkapinya sampai sekurangnya ada dua puluh empat anaphora. Enam anaphora yang dipilih saat ini seluruhnya berasal dari tradisi Maronite sebelum abad ke sepuluh. Berikut kami tampilkan daftarnya sebagaimana urutan dalam buku Qurbono:
Anaphora Dua Belas Rasul;
Anaphora Santo Petrus, Pemimpin Para Rasul (Ya Allah Kedamaian)
Anaphora Santo Yakobus, Saudara Tuhan;
Anaphora Santo Yohanes Rasul;
Anaphora Santo Markus Pengarang Injil;
Anaphora Sixtus, Paus Roma.
Anaphora-anaphora ini telah menjadi subyek dari sejumlah penelitian, yang beberapa diantaranya diterbitkan sebagai karya illmiah. Kami mengacu kepada teks anaphora hasil penelitian ilmiah, atau, jika belum ada hasil penelitian ilmiah semacam itu, kami mengacu kepada teks liturgis yang umum dipakai.

Anaphora Sharar Syriac Timur
Anaphora ini memiliki berbagai nama, seperti Anaphora Para Rasul, Anaphora Santo Petrus (ketiga), dan Anaphora Sharar (Sharar adalah kata Syriac pertama dari anaphora ini dan berarti “meneguhkan”). Sejumlah penelitian atas anaphora Syriac Timur ini menunjukkan keserupaan dengan Anaphora Addai dan Mari yang digunakan oleh Gereja-gereja Assyria Chaldea. Kedua anaphora ini mungkin memiliki asal yang sama dari Edessia sekitar abad ke 5.

Dalam ritus Maronite, Anaphora Sharar memiliki susunan internal yang sama dalam Qurbono dalam dalam ritus konsekrasi krisma (Myron) dan untuk konsekrasi air baptis pada malam Epifani. Tidak diragukan bahwa Gereja Maronite menggunakan Anaphora Sharar dalam Qurbono sebelum abad ke 16, edisi pertama Buku Qurbono menempatkan anaphora ini setelah anaphora-anaphora yang lainnya, sementara edisi ke 2 (1716) tidak lagi menggunakannya. Kemudian anaphora ini menjadi Qurbono Penandaan Piala, yang merupakan ritus komuni pada hari Jumat Agung.

Anaphora Sharar telah memiliki susunannya sendiri yang tidak begitu jelas atau mudah dipahami. Pada saat ini, anaphora ini tidak dapat digunakan, tetapi harus dipelajari dan diberi susunan yang baru terlebih dahulu. Komisi Liturgi Patriarkal telah melakukan tugas ini dengan tujuan membawa anaphora ini kembali ke kehidupan liturgis Gereja maronite, dan secepat mungkin mengoreksi dan menyusun Anaphora Sharar secara jelas. Dari sini tapak jelas bahwa Liturgi Maronite memiliki akar-akarnya juga pada sumber-sumber Syriac Timur. Kami tidak perlu menyatakan bahwa tugas ini cukup sulit, yaitu untuk menyusun kembali suatu anaphora yang selama beratus-ratus tahun tidak lagi digunakan, dan juga untuk mempersiapkan ritus serupa untuk konsekrasi krisma (Myron) dan air baptis. Sekarang ini kami menunda pekerjaan ini sampai beberapa waktu kedepan, insha Allah.

Enam Anaphora Qurbono Baru

Kami menggunakan enam anaphora, sebagaimana ditunjukkan di atas, dengan sejumlah variasi, terutama:
Kata-kata konsekrasi, yaitu narasi penetapan Ekaristi saat Perjamuan Malam Terakhir, aslinya teks ini bervariasi dari anaphora yang satu dengan yang lainnya. Bagaimanapun kami tidak dapat kembali kepada teks literal tiap anaphora, karena teks kata-kata konsekrasi dalam situasi ritus Maronite sekarang telah mengambil bentuk yang baru, dalam isi dan bentuknya. Maka, kami membatasi pilihan kami dari semua anaphora satu teks saja untuk kata-kata konsekrasi bagi semua anaphora. Kami mengambil teks dari Anaphora Dua Belas Rasul dan menambahkannya sedikit sentuhan jika hal itu dianggap perlu untuk melancarkan alur bahasa dan bentuknya, selain juga untuk mengakomodasi melodi musik.

Dalam buku Qurbono semua anaphora ini dicetak berdampingan dalam bahasa Syriac dan Arab. Kami menginginkan agar terjemahan Arab ini elegan dan indah, terutama dalam pengenangan-pengenangan.

Minggu, 18 Oktober 2009

Berkata-kata dan Berdoa Dalam Bahasa Roh

Oleh Leo Kardinal Suenens
A New Pentecost p. 74-76 (versi pdf).


Seorang pengunjung baru ke persekutuan doa seringkali merasa risih, untuk mendengar dari waktu ke waku, seseorang- atau seluruh kelompok- mulai berdoa atau bernyanyi dalam bahasa roh. kesan pertamanya adalah ketidaknyamanan yang dipicu oleh ungkapan verbal yang spontan, dimana suku-suku kata diucapkan membentuk suatu frase yang tidak dapat dimengerti. Maka, penting untuk memahami glossalalia, tanpa merendahkan atau melebih-lebihkan cara doa ini. Ini bukanlah mukjizat; juga bukan suatu kelainan.

Bukan Mukjizat
Banyak orang karismatik dari berbagai denominasi, tetapi secara khusus Pentakostal Klasik, menganggap glossalalia sebagai tanda mutlak bahwa seseorang telah menerima ‘baptisan Roh Kudus’. Juga mereka menganggap bahwa ini adalah suatu anugerah yang dicurahkan dan memampukan orang berdoa dalam sebuah bahasa yang tidak dipahaminya. Saya sudah menunjukkan bahwa cara pandang semacam itu tidak sejalan dengan teologi Katolik. Tapi kita tidak menyangkal kemungkinan dalam suatu kasus yang amat jarang dapat terjadi bahwa hal itu dapat terjadi, karena kita percaya akan mukjizat, dan fenomena semacam itu termasuk ke dalam tatanan “mukjizat” (dalam arti teologis). Tetapi saya mengakuinya bahwa hal itu sungguh merupakan pengecualian, dan kita harus menghindarkan segala bentuk “sensasionalisme”. Menurut pemahaman saya fenomena “bahasa roh” tidak ada kaitannya pencurahan bahasa misterius melalui penetapan ilahi. Dan signifikasinya seutuhnya berbeda.

Bukan Patologis

Pada ekstrim yang lain, kami menemukan orang, khususnya mereka yang pada tingkat tertentu familiar dengan ilmu psikiatri, mengenakan keadaan-keadaan patologis kepada fenomena ini, seperti: emosionalsime, hysteria massa. kelakukan infantil (infantile regression), dst. Inilah bukanlah pandangan yang berasal dari penelitian ilmiah yang memadai, juga hal ini bukanlah pandangan dari salah seorang yang sangat unggul dalam bidang ini yaitu William J. Samarin, professor antropolgi dan linguistic di Universitas Toronto. Profesor Samarin mengadakan suatu penelitian yang panjang dan luas, yang dilakukan di banyak negara, dan menyimpulkan bahwa fenomena ini tidak mengandung apapun yang abnormal atau patologis, dan dia menyampaikan bukti-buktinya(William J. SAMARIN, Tongues of Men and Angels (New York, 1972)). .

Jika berdoa dalam bahasa roh bukan mukjizat dan juga bukan patologis, jadi bagaimana kita memahaminya?

Jadi, Apa itu Glossalalia?

Pertama kita harus mengakui bahwa kita berhadapan dengan suatu fenomena yang disebutkan dalam Kitab suci: ada sekitar tiga puluh penyebutan tentang berdoa dalam bahasa roh. Dalam Perjanjian Baru kita memiliki kesaksian dari Kisah Para Rasul (2:4-11; 10:46; 19:6), Surat St. Paulus (1Kor 12:30; 13:1; 14: 2,39) dan juga janji Yesus dalam Injil St. Markus (16:7). Jadi jelas ada permasalahan eksegetis dalam hal ini, namun kita jangan membutakan diri dengan kenyataan sederhana bahwa Perjanjian Baru berbicara mengenai fenomena ini secara nyata dan cukup sering. St. Paulus mengatakan bahwa ‘karunia’ ini adalah yang paling kurang penting dalam tatanan karunia; dia juga mengatakan bahwa ia memilikinya dan berharap hal yang sama bagi orang lain, walaupun ia menekankan bahwa dalam ibadat bersama, keteraturan harus diutamakan. Maka, kita tidak dapat mengatakan bahwa tidak ada bukti alkitabiah mengenai keberadaan karunia ini. Karunia ini juga ditemukan dalam tradisi Gereja, dibagikan secara luas pada mulanya dan kemudian menjadi lebih terbatas dalam biara-biara dan para santo-santa.

Di sini saya ingin menyampaikan suatu refleksi pribadi yang tidak bersifat definitif atau memuaskan.

Kita harus mengingat bahwa berkat anugerah Pembaptisan, setiap orang Kristen telah menerima Roh Kudus, dan secara potensial semua karunia Roh Kudus. Manifestasi lahiriah dari anugerah ini, penggunaannya yang aktif, menunjukkan kehadiran-Nya tetapi tidak menghasilkan suatu aungerah. Pembacaan fundamentalistik terhadap Perjanjian Baru mungkin akan membuat orang memperlakukan karunia-karunia Allah ini sebagai suatu “obyek”, suatu yang berada di luar diri kita. Pentingnya berbahasa roh tidak berkurang jika kita menempatkannya dalam tatanan alamiah yang mengenakan suatu karakter spiritual melalui intensi yang menjiwainya. Lebih jauh kita harus mengingat bahwa segalanya, dalam arti tertentu, adalah anugerah: ‘semuanya adalah rahmat’.

Bentuk doa non-diskursif ini- suatu ungkapan prakonseptual dari doa spontan- berada dalam jangkauan tubuh dan selalu berada dalam kendali kita. Ini adalah suatu cara pengungkapan yang juga dikenal dalam kebudayaan lain, jadi hal ini tidaklah begitu asing sebagaimana yang kita kira. Ingatlah, misalnya dalam madah Gregorian ada suatu jubilasi (nyanyian spontan dengan suku-suku kata yang lahir dari ungkapan sukacita yang sangat mendalam sehingga kata-kata biasa tidak lagi dapat menggambarkannya seperti fa-la-la-na-na atau semacamnya, banyak yang berpendapat bahwa jubilasi adalah identik dengan bahasa roh yang umum pada gerakan pembaruan karismatik di zaman modern ini, salah satu yang berpandangan demikian adalah Kardinal Suenens sendiri) yang melanjutkan ‘a’ yang diperpanjang pada akhir Alleluia (misalnya pada Veni Sancte Spiritus, pada bagian akhir alleluia sesudah amen, nadanya dibuat naik dan menggantung sama seperti kebiasaan lagu-lagu penyembahan karismatik saat mau ‘naik’ atau hendak bersenandung dalam roh/singing in the spirit). Ingatlah juga, bagaimana seorang anak kecil, sebelum belajar berbicara secara benar, menggunakan ungkapan bunyi-bunyian yang spontan dan tidak memiliki arti untuk mengungkapkan sukacitanya.

Seseorang telah mengatakan bahwa berdoa dalam bahasa roh dalam kaitannya dengan berdoa secara biasa diperbandingkan seperti seni figuratif dan seni abstrak; perbandingan ini saya kira memberikan beberapa pencerahan.

Karunia bahasa roh juga dapat dibandingkan dengan karunia air mata. Siapapun yang berada dalam keadaan yang emosional dapat menangis; aktor bisa menangis kapan saja naskah memintanya. Ini alami. Tetapi juga ada karunia air mata, yang diakui oleh tradisi spiritual sejak lama. Lebih lagi, dalam Rituale, ada anugerah untuk doa ini (mungkin sebenarnya Missale Romanum, dimana dalam Missale pra-Vatikan II ada teks misa votif memohon karunia air mata, yang intinya agar hati kita tersentuh oleh kebaikan Allah, menyesali dosa-dosa secara mendalam dan karenanya bertobat sungguh-sungguh). Tangisan disini menjadi suatu pengalaman keagamaan yang mendalam, dimana seseorang memberikan ungkapan kepada hal yang tidak terungkapkan, saat digerakan oleh rasa penyesalan, penyembahan atau syukur di hadapan Allah. Dalam hal ini, air mata, jika kita menganalisanya, tidak berbeda dari air mata tangisan biasa tetapi dampaknya jauh melampaui sekedar fenomena fisik semata. Maka, cukup tepat membandingkannya dengan bahasa roh.

Sabtu, 17 Oktober 2009

Bantulah Kami Melaksanakan Kehendak-Mu: Refleksi Berdasarkan Doa Pembukaan Minggu Biasa XXIX

Latin (Missale Romanum 2002):
Omnípotens sempitérne Deus, fac nos tibi semper et devótam gérere voluntátem, et maiestáti tuae sincéro corde servíre. Per Dóminum.

English (ICEL):

Almighty and ever-living God, our source of power and inspiration, give us strength and joy in serving you as followers of Christ.

Indonesia (Ibadat Harian):

Allah yang kekal dan kuasa, bantulah kami melaksanakan kehendak-Mu yang kudus serta mengabdi kepada-Mu dengan hati yang ikhlas. Demi Yesus Kristus.

Bagi saya doa ini sangat mengesan karena didalamnya tertuang pengakuan bahwa melakukan kehendak Allah tidak selalu mudah, bahkan seringkali tidak mudah. Melakukan yang benar itu kadang-kadang bertentangan dengan keinginan pribadi dan minat kita. Kita semua mengalami bahwa hati kita seringkali tidak selaras dengan kehendak Allah. Saya kira pengalaman ini adalah pengalaman kita semua, dan doa ini mewakili kerinduan hati kita semua yang sebenarnya ingin menaati Allah tetapi seringkali kesulitan melawan godaan-godaan yang datang.

Bacaan Epistel tahun B yang diambil dari Ibrani 4 memberikan dasar alkitabiah bagi doa ini: “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu, marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”(15-16)

Bacaan ini menyinggung Yesus yang ikut merasakan kelemahan-kelemahan kita namun tidak jatuh dalam dosa. Dan berdasarkan hal itu penulis surat Ibrani meminta kita untuk datang kepada-Nya tanpa malu-malu karena Yesus tahu persis dan telah mengalami sendiri segala kesulitan kita untuk tetap tinggal benar di hadapan Allah. Penulis surat Ibrani menyatakan bahwa hal itu adalah jaminan bahwa Yesus mampu dan mau menolong kita, karena Ia sudah mengalami sendiri semua kesulitan-kesulitan kita.

Terjemahan bahasa Inggris menambahkan kata “our source of power and inspirations” pada diri Allah. Sementara kata ini tidak terdapat dalam teks asli bahasa Latin dan juga tidak muncul dalam bahasa Indonesia, saya kira teks ini cukup menarik. Sosok Yesus yang berani setia kepada Bapa sampai mati memang merupakan suatu kekuatan dan inspirasi bagi mereka yang hendak setia kepada Allah. Perkataan Yesus yang meminta kita “tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular” juga merupakan hal yang sangat penting, menaati kehendak Allah bukan berarti naïf dan bego, tetapi juga perlu menggunakan otak.

Contoh yang paling jelas adalah dalam perintah Yesus untuk “memberi pipi kiri jika pipi kanan ditampar, jika orang meminta jubahmu berikan bajumu, jika seorang meminta kamu berjalan dengannya sepanjang satu mil berjalanlah bersamanya sepanjang dua mil”. Yesus tidak menyuruh kita untuk pasrah begitu saja jika dianiaya, tetapi Ia memerintahkan kita untuk melawan kekerasan dan perlakuan tidak adil dengan cara yang kreatif. Sebuah kisah menarik berkaitan dengan kata-kata Yesus ini ditunjukkan oleh pendiri General Motors yang setelah mendengar bacaan ini dibacakan di gerejanya ia terinspirasi untuk mengadakan suatu layanan purna jual (zaman itu belum ada layanan semacam ini, analoginya adalah jika orang memintamu berjalan sepanjang satu mil/menampar pipi kananmu/meminta jubahmu= ingin membeli barang, maka berjalanlah bersamanya sepanjang dua mil/berikan pipi kirimu/berikan juga bajumu= layanilah pembeli juga setelah membeli barang, jadi disini sabda Yesus diartikan sebagai memberi melebihi yang diminta). Apakah usahanya bangkrut karena ia melaksanakan sabda Yesus? Tidak, malahan usahanya makin maju dan berkembang, dan kebangkrutan General Motors dalam krisis ekonomi belakangan ini juga bukan karena prinsip layanan purna jualnya (yang ditiru banyak pengusaha di banyak bidang) tapi karena kerakusan sejumlah pejabat pentingnya (ini memang menyederhanakan persoalannya). Kisah ini menekankan sisi inspiratif dan menguatkan yang datang dari Allah dan membantu kita untuk melaksanakan kehendak-Nya.

Contoh sederhana tadi juga dikuatkan dengan Mazmur Tanggapan tahun B yang menyatakan bahwa “sesungguhnya mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan DIa, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka daripada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.”(Mzm 33: 18-19)

Nah bagi semua yang merasa sulit mengikuti kehendak Allah dalam hidupmu, datanglah pada-Nya. Ia mengerti kesulitanmu dan hendak membantumu memenuhi kehendak-Nya.

Peringatan St. Ignatius Dari Anthiokhia

St. Ignatius dari Antiokhia (+110) adalah murid dari Rasul Yohanes, menurut tradisi, ia adalah salah seorang anak kecil yang pernah diberkati oleh Yesus. Setelah dewasa ia menggabungkan diri dengan komunitas para Rasul, dan akhirnya menjadi Uskup di Antiokhia. Pada akhir hidupnya ia ditangkap oleh pemerintahan Romawi dan hendak dihukum mati di Roma. Sepanjang perjalanannya ia menulis surat kepada sejumlah jemaat Kristen dan dalam surat-suratnya ia menjelaskan berbagai hal yang dianggapnya perlu bagi perkembangan iman Kristen.
Dalam surat-suratnya Ignatius menekankan pentingnya untuk hidup selaras dengan kehendak Allah dan untuk mengasihi Allah dan sesama. Ia juga menekankan pentingnya kesetiaan kepada Uskup yang sah dan agar umat Kristen menjauhkan diri dari berbagai pengajaran sesat. Ignatius adalah orang pertama yang menggunakan nama “Gereja Katolik” untuk menyebut persekutuan murid-murid Yesus pertama kalinya, ia juga menegaskan peranan Uskup dan Sakramen Ekaristi dalam Gereja.

Dalam suratnya kepada Gereja Roma, Ignatius menyebut Gereja Roma mengajar Gereja lain, dan ia menolak memberi perintah (mengajar) Gereja Roma karena Rasul Petrus dan Paulus telah mengajar Gereja Roma. Mengenai Paulus memang jelas dari Kitab Suci bahwa ia menulis surat ke Roma dan dihukum mati di kota itu. Tetapi mengenai Petrus, Kitab Suci tidak secara eksplisit menunjukkan ia pergi ke Roma atau menulis suatu surat kepada Gereja itu. Maka, pernyataan Ignatius ini menunjukkan bahwa Tradisi mengenai Petrus tinggal di Roma dan menjadi Uskup di kota itu adalah tradisi yang berasal nyaris se-zaman dengan para Rasul.

Di bawah ini ada beberapa kutipan dari pengajaran St. Ignatios yang tentunya juga masih relevan untuk kehidupan Kristen kita pada zaman ini.

Saya tidak memberi perintah kepada kamu seolah-olah saya adalah orang besar. Tetapi, saya terikat karena nama Kristus, saya belum sempurna dalam Yesus Kristus. Sekarang saya mulai menjadi murid-Nya, dan saya berbicara kepadamu sebagai sesama murid Kristus. Iman saya sendiri pun pernah sungguh dikuatkan oleh kamu melalui nasehat, kesabaran, dan penderitaanmu. Tetapi cinta juga mendesak saya untuk tidak diam mengenai kamu, maka saya telah menggunakan kesempatan ini pertama-tama untuk menasehati kamu agar menjalankan segala sesuatunya selaras dengan kehendak Allah. Karena Yesus Kristus, yang tak terpisahkan dari hidup kita, adalah manifestasi dari kehendak Bapa. (Ad Ephesians, I)

Saya mendorong kalian untuk memiliki hanya satu iman, satu macam pewartaan, dan satu Ekaristi. Karena hanya ada satu daging Tuhan Yesus Kristus dan darah-Nya yang ditumpahkan-Nya bagi kita adalah satu; karena hanya satu roti yang dipecahkan bagi semua penerima Komuni, dan satu piala dibagikan bagi mereka semua, dan hanya ada satu Altar bagi seluruh Gereja, dan satu Uskup dengan para Penatua dan Diakonnya. JUga karena hanya ada satu Allah, Bapa yang kekal, dan satu Putera yang Tunggal, Allah, Firman dan manusia, dan satu Penghibur, roh Kebenaran; dan hanya ada satu pewartaan, satu iman, dan satu baptisan, dan satu Gereja yang didirikan oleh Para Rasul dari ujung-ujung bumi dengan Darah Kristus, dan dengan keringat dan usaha mereka sendiri; maka hendaknya kamu juga, sebagai orang yang dikhususkan, dan sebagai bangsa yang suci, lakukanlah segala sesuatu dengan keselarasan dalam Kristus. (Ad Philadelphian, IV)

Janganlah seorangpun melakukan apapun yang berkaitan dengan urusan Gereja tanpa Uskup…Di mana Uskup ada, hendaklah di sana kawanan berada sebagaimana, di mana Yesus Kristus ada, di situlah Gereja Katolik berada.
(Ep. ad Symraean, VIII)

Kalian tidak pernah memusuhi siapapun, kalian telah mengajar yang lain. Sekarang saya ingin agar hal-hal itu, melalui kelakukanmu, dipersatukan dalam pengajaran kalian. Hanya satu permintaanku dari jiwa dan ragaku, yaitu semoga aku tidak hanya berbicara, tetapi sungguh-sungguh mengendakinya, sehingga aku tidak hanya disebut Kristen, tetapi sungguh ditemukan Tuhan sebagai orang Kristen….Aku tidak menyampaikan perintah bagimu, sebagaimana Petrus dan Paulus telah menyampaikannya bagimu. Mereka itu Rasul-rasul, dan aku ini orang terkutuk; mereka bebas, sementara aku sampai saat ini adalah hamba. Tetapi, saat aku menderita aku akan menjadi manusia bebas bagi Yesus, dan akan bangkit bersama Dia. Dan sekarang, sebagai seorang tahanan, aku belajar untuk tidak menginginkan yang duniawi dan fana. (Ad Roman III,IV)

Jumat, 16 Oktober 2009

Doa Syafaat

Secara sederhana doa syafaat (intercessory prayer) adalah berdoa bagi orang lain. Dalam Kitab Suci ada begitu banyak contoh doa semacam ini, mulai Abraham bagi Sodom dan Gomora, Musa bagi Israel, Perawan Maria bagi tuan rumah pesta perkawinan di Kana dan terutama adalah Yesus bagi semua yang percaya kepada-Nya. Tradisi Katolik menjunjung tinggi kebiasaan berdoa syafaat karena melalui doa semacam ini kita menyatukan diri dengan Yesus Kristus yang menjadi Pengantara bagi kita di hadapan Bapa. Maka dalam semua liturgi Katolik doa syafaat selalu menjadi bagian yang penting, kita orang Latin mengenal oratio fidelium (doa orang beriman, atau terjemahan Indonesia doa umat) dalam Misa, sementara dalam Liturgi Byzantine dikenal Litani Doa Yang Mendesak (Litany of pervent supplication). Nah, masalahnya adalah seringkali kita mengalami sedikit kebingungan mengenai apa yang harus kita doakan dalam doa syafaat. Berikut ini adalah contoh doa syafaat dari tradisi Timur, yang banyak bagian teksnya saya ubah sehingga menurut saya lebih cocok digunakan dalam situasi kebanyakan kita. Akhirnya, selamat berdoa.


* Kebiasaan yang umum dilakukan dalam mendoakan doa ini, adalah membungkuk setiap selesai satu permohonan atau satu alinea

Ingatlah, ya Tuhan Yesus Kristus, Allah kami, akan belasihkasih dan kebaikan-Mu yang berasal dari keabadian, dan yang melaluinya Engkau menjadi manusia dan berkehendak menderita penyaliban dan kematian bagi mereka yang sungguh benar percaya kepada-Mu, dan Engkau telah bangkit dari kematian dan naik ke surga, dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan mengakui semua yang dengan rendah hati datang menghampiri-Mu dengan segenap hati mereka; bukalah telinga-Mu, dan dengarkanlah doa-doa sederhana hamba-Mu yang tidak pantas ini, sebagai dupa rohani yang harum, yang kupersembahkan bagi semua orang. Pertama-tama ingatlah akan Gereja-Mu yang Katolik dan Apostolik, yang telah Kau dirikan dengan Darah-Mu yang berharga. Teguhkanlah, kuatkanlah, luaskanlah, dan kembangkanlah dia, dan peliharalah ia dalam damai, agar selamanya ia teguh menentang kuasa-kuasa neraka. Redakanlah perselisihan dalam Gereja dan tekanan dari tanaman kuasa kegelapan, enyahkanlah prasangka di antara bangsa-bangsa, dan dengan segera singkirkanlah dan buanglah akar-akar ajaran sesat, dan hancurkanlah mereka dengan kuasa Roh Kudus.

Selamatkanlah dan berbelaskasihanlah, ya Tuhan, presiden kami dan semua otoritas pemerintahan di seluruh dunia, para panglima angkatan bersenjata, para gubernur dan walikota, dan kekuatan keamanan yang mencintai Kristus; lindungilah kekuatan mereka dengan damai, dan rendahkanlah setiap musuh dan lawan mereka pada kaki mereka; dan wartakanlah damai dan berkat dalam hati mereka bagi Gereja Kudus-Mu, dan bagi semua umat-Mu, dan berilah agar dalam ketenangan mereka kami pun dibawa kepada hidup yang damai dan tenteram dalam iman sejati, dalam semua kesalehan dan kejujuran.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, kepada para Patriarkh Gereja Katolik, teristimewa bagi Patriarkh Oikumene kami Benediktus yang juga adalah Patriarkh Gereja Latin kami, dan bagi semua Metropolitan, Uskup Agung, Uskup, Imam dan Diakon, dan semua yang melayani dalam Gereja, dan yang telah Engkau tahbiskan untuk memberi makanan bagi kawanan rohani-Mu.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, bagi para bapa kami (sebutkan nama Pastor Paroki atau Abbas dari sebuah biara), dan semua saudaranya dalam Kristus, dan karena doa-doa mereka kasihanilah aku, karena betapa celanya diriku ini.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, Bapa Rohaniku (sebutkan nama pembimbing rohani atau bapa pengakuan) dan karena doa-doanya ampunilah dosaku.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, atas semua pekerja di masyarakat kami, yang bekerja untuk mencari nafkahnya. Penuhilah kebutuhan jasmani mereka, agar mereka pun dapat memuji Engkau dengan gembira.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, akan orang tuaku (nama orang tua), dan saudara-saudariku dan semua kerabatku, serta semua tetanggaku, dan teman-temanku- dan berilah mereka rahmat jasmani dan rohani.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, menurut besarnya belaskasih-Mu, atas semua Imam, Biarawan dan Biarawati, dan semua yang hidup dalam keperawanan, doa, dan puasa, di biara-biara, di padang gurun, di gua-gua, di gunung-gunung, di tebing-tebing, di pertapaan, di batu-batu karang, dengan iman yang benar di semua tempat kekuasaan-Mu, dan yang dengan penuh kasih dan kesetiaan melayani Engkau, dan berdoa kepada-Mu. Ringankanlah beban mereka, hiburlah mereka dalam kesusahan, dan berilah mereka kekuatan, kuasa, dan pemeliharaan-Mu dalam setiap perjuangan hidup, dan karena doa-doa mereka berilah kepadaku pengampunan dosa.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, dan kasihanilah mereka yang tua dan yang muda, yang miskin dan tertindas, para janda dan yatim piatu, mereka yang menderita sakit dan kesedihan, kemalangan dan kesulitan, yang ditawan dan dibuang, teristimewa mereka yang dianiaya karena nama-Mu dan karena iman Katolik mereka oleh orang-orang kafir, murtad, dan bidat, dengan kuasa-Mu bersegeralah menyelamatkan mereka, berilah mereka kebebasan dan kelepasan.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, kepada semua orang yang berbuat baik kepada kami, memberi derma kepada kami, yang telah menggaji kami atau menjadi mitra usaha kami, atau yang bekerja kepada kami, kepada mereka yang membeli dagangan kami dan yang menjual barang-barang kebutuhan kami, kami yang hina ini tidak cukup layak untuk mendoakan mereka; berilah mereka semua damai-Mu, dan kabulkanlah permohonan mereka yang mengamankan jalan mereka kepada keselamatan, dan semoga mereka memperoleh sukacita kekal.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, kepada semua orang Katolik yang diutus dan menjadi misionaris dalam pelayanan kepada-Mu, serta semua orang yang karena pekerjaan atau liburan sedang berada dalam perjalanan.

Selamatkanlah dan berbelaskasihanlah, ya Tuhan, kepada semua orang telah ku sakiti atau yang tersakiti oleh rasa marah dan kelalaianku, dan yang karena pikiran, perkataan, dan perbuatanku telah berpaling dari jalan keselamatan, dan yang telah kuarahkan kepada kejahatan dan perbuatan merugikan.

Selamatkanlah dan berbelaskasihanlah, ya Tuhan, kepada mereka yang membenci dan menyakiti diriku, yang telah merugikan aku, dan semoga mereka tidak mengalami suatu kerugian apapun dan tidak mengalami kebinasaan abadi karena aku orang berdosa ini.

Terngilah dengan cahaya rahmat-Mu semua orang yang telah berpaling dari iman Katolik, dan mereka yang terbutakan oleh berbagai ajaran sesat, tariklah mereka kepada-Mu dan satukanlah mereka kepada Gereja-Mu yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik.

Karena bagi-Mu lah kuasa, kemuliaan, dan kerajaan, bersama Bapa-Mu dan Roh Kudus yang memberi hidup, sekarang dan selama-lamanya, dari masa ke masa. Amin

Forum Diskusi Katolik: Byzantine Catholic Forum

Ada banyak forum diskusi Katolik di internet dan kali ini saya ingin memperkenalkan forum yang secara rutin saya baca belakangan ini yaitu Forum Diskusi Byzantine Katolik.

Silakan melihat-lihat di
Byzantine Catholic Forum (klik)

Forum ini memiliki banyak sub-forum, dan sebagai orang Katolik Latin, sub-forum yang paling saya gemari dan sering saya kunjungi adalah sub-forum East-n-West (klik) yang membahas hubungan antara ritus Latin dan ritus-ritus Timur. Sebagai orang Katolik Latin saya menerima banyak informasi yang berharga seputar teologi, liturgi dan spiritualitas Timur. Kesimpulannya adalah forum ini sangat membantu saya untuk memahami ke-katolik-an yang sebenarnya dimana menjadi Katolik berarti menerima seluruh ajaran Kristus sesuai yang diajarkan oleh Para Rasul.

Harap jangan mengelirukan saudara-saudara Katolik Timur ini dengan saudara-saudara Ortodoks Timur. Katolik Timur adalah bagian dari Gereja Katolik, bersatu dengan Paus yang adalah pengganti Rasul Petrus sebagaimana semua Rasul lainnya bersatu dengan Rasul Petrus. Memang dalam hal tradisi (kebiasaan) mereka lebih dekat dengan Gereja-gereja Ortodoks Timur, perbedaannya hanya satu namun mendasar yaitu Gereja-gereja Katolik Timur berada dalam persatuan dengan Uskup Roma.

Catatan lain yang perlu disampaikan adalah, walaupun namanya Byzantine dan memang nuansa Byzantine lebih kental di forum ini, namun forum ini tidaklah semata-mata menampilkan tradisi Byzantine. Ada beberapa member aktif, dan diantaranya banyak yang sungguh berpengetahuan berasal dari tradisi-tradisi Timur non-Byzantine salah satunya adalah member mardukm yang berasal dari tradisi Koptik.

Bagi kita, dan saya, yang adalah orang Latin membaca forum ini juga efektif untuk membantu saya menghargai tradisi (kebiasaan) Latin sendiri. Akhirnya tradisi Latin dan tradisi-tradisi Timur ini, semuanya merupakan ungkapan otentik dari Tradisi (T besar) yaitu ajaran yang berasal dari Tuhan Yesus sendiri ( 2Tes 2:15; Yud 3). Dan tentu saja kita akan mendapatkan banyak bantuan untuk meneguhkan iman akan Kristus dan Gereja-Nya dan untuk menghayatinya lebih baik dan lebih setia.

Untuk info lebih jauh tentang Gereja-gereja Timur Anda bisa membaca artikel di blog ini yang merupakan terjemahan dari atikel Colin B. Donovan, STL yang berjudul Ritus dan Gereja-gereja Otonom (Sui-iuris). Saya kira artikel ini cukup bagus dan lengkap sebagai pemahaman awal mengenal saudara-saudara Timur kita.

Surat Dari Biara St. Maron Kepada Paus Hormisdas

Pada tahun 517 AD, sejumlah besar biarawan meninggalkan biara St. Maron, dan pergi ke Biara St. Simon sang Stylite murid St. Maron dekat Alepo. Dalam perjalanan menuju biara itu mereka diangkap oleh sejumlah tentara pendukung bidaah ‘satu kodrat’ Kristus. Tiga ratus lima puluh biarawan dibunuh. Hanya sedikit yang selamat dan terluka dan berhasil melarikan diri. Kemudian Alexander pemimpin biara St. Maron dan pemimpin biara-biara di sekitarnya menulis kepada Paus Hormisdas dan memberitakan kepada Paus mengenai pembantaian oleh kaum Monofisit ini. Mereka juga mengatakan bahwa banyak biara dibakar dan meyakinkan Paus bahwa para biarawan tetap setia kepada Gereja Katolik dan tidak takut menderita kematian karena iman mereka. Surat Alexander ini sedikit banyak menunjukkan kepada otoritas yang dimiliki Paus dalam Gereja-gereja Timur, di masa ketika Gereja Antiokhia sedang berada dalam krisis besar otoritas Paus sebagai Patriarkh Gereja Universal nampak semakin jelas. Para biarawan dari St. Maron inilah yang kemudian berkembang menjadi suatu tradisi tersendiri yang kita kenal sebagai Gereja Maronite, satu-satunya Gereja Timur yang tidak memiliki badan Ortodoks yang terpisah dari Roma.

Kepada Yang Tersuci dengan kekudusan yang mendalam, Hormisdas, Patriarkh Universal, yang duduk di Tahta Petrus, Pangeran Para Rasul. Kami menyampaikan permintaan penuh doa dari hamba yang hina pemimpin biara-biara di wilayah Syria II dan semua biarawannya.

Karena rahmat Kristus, Penyelamat kita, mendorong kami berlari kepadamu Yang Terberkati [sapaan khas Gereja-gereja Timur kepada seorang Uskup], seperti orang yang berlindung dari hujan badai di pelabuhan yang aman, kami percaya, bahwa engkau adalah perlindungan kami, walaupun kami menderita kesusahan yang teramat berat, kami menanggungnya dengan sukacita, karena kami percaya, bahwa penderitaan dunia ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kemuliaan abadi yang akan disingkapkan bagi kami.

Karena Kristus, Allah kita, telah menetapkan engkau sebagai Pemimpin dan Gembala dan Tabib bagi jiwa-jiwa, adalah tugas kami untuk menyampaikan kepadamu penganiayaan yang telah kami derita, agar engkau menyadari bahwa ada serigala yang tanpa belas kasih, yang memecah belah kawanan domba Kristus dan kami memohon kepadamu agar engkau dengan tongkatmu mengusir para serigala ini dari kawanan domva, dan untuk menyembuhkan jiwa dengan pengajaran Sabda Tuhan, dan rawatlah mereka dengan doa-doamu… baik Severus [Patriarkh Antiokhia] dan Petrus [Uskup Apamea]…karena mereka berusaha memaksa kami untuk menolak ajaran yang benar dari Konsili Chalcedon.

Saat kami sedang dalam perjalanan menuju Biara St. Simon untuk kepentingan Gereja, kami diserang oleh orang-orang jahat yang membunuh 350 orang dari antara kami dan melukai banyak lainnya. Bahkan ada diantara kami yang melarikan diri ke gereja-gereja untuk berlindung, tetap dibunuh di hadapan Altar. Maka kami memohon kepadamu Bapa Suci bangkitlah dengan kekuatan dan ketekunan dan berbelaskasihlah atas tubuh kami yang terluka ini; karena engkau adalah kepala dari semua…karena engkau adalah gembala sejati dan tabib yang merawat domba-domba dan keselamatan mereka: “Aku mengenal domba-domba-Ku, dan domba-dombaku mengenal Aku..”[Yoh10:14-16]. Jadi janganlah mengabaikan kami Yang Tersuci, karena setiap hari kami berhadapan dengan luka-luka yang mematikan.

Tertanda
Saya, Alexander, karena rahmat Allah, Imam, Pimpinan Biara St. Maron.
[Menyusul tanda tangan semua biarawan di Biara itu dan para Imam lainnya]


Sumber: Dau, B 1984. History of the Maronites- Religious, Cultural and Political. London: Lebanese Maronite Order. p.172-175

Surat ini sedikit banyak mengingatkan kita kepada Konsili Chalcedon sendiri dimana surat Paus Leo dibacakan dan para Bapa Konsili berseru:
“Inilah iman para bapa, inilah iman Para Rasul. Kami semua mempercayainya, inilah kepercayaan ortodoks. Terkutuklah mereka yang menolaknya. Petrus telah berbicara melalui Leo. Begitulah ajaran Para Rasul. Dengan saleh dan benar Leo mengajarkannya, begitu juga Cyril. Kenangan abadi akan Cyril. Leo dan Cyril mengajarkan hal yang sama, terkutuklah mereka yang tidak mempercayainya. Inilah iman yang benar. Kami yang ortodoks mempercayainya. Inilah iman para bapa.” (Ekstrak dari Akta sesudah pembacaan surat St. Leo)

Patriarkh Maximos IV: Katolisisme Tidak Sama Dengan Latinisme


“Kita harus berjuang untuk memastikan bahwa Latinisme dan Katolisisme tidak lagi bersifat sinonim, bahwa Kekatolikan harus terbuka kepada setiap kebudayaan, setiap semangat, dan setiap bentuk organisasi yang selaras dengan kesatuan iman dan cinta kasih. Pada saat yang sama, dengan teladan kita sendiri, kita harus mendesak Gereja Ortodoks untuk mengakui bahwa persatuan […] dengan Tahta Petrus dapat dicapai tanpa membuat mereka meninggalkan Ortodoksi-

Yang Terberkati Maximos IV
Patriarkh Antiokhia, Alexandria dan Yerusalem untuk Gereja Katolik Melkite

Beberapa bulan ini saya telah membaca buku “Gereja Melkite Dalam Konsili Vatikan II” yang berisi berbagai pidato, intervensi, dan catatan Patriarkh Maximos sejak masa persiapan Konsili sampai pada penutupannya. Dalam masa-masa itu Maximos menunjukkan visinya yang tegas bahwa Katolisisme harus universal, Gereja Katolik tidak identik dengan Gereja Latin.

Memang benar bahwa dari 1,1 Milyar umat Katolik, hampir seluruhnya adalah anggota Gereja Latin, dan Pengganti St. Petrus menggembalakan sebuah keuskupan ritus Latin dan pada umumnya ia menggunakan ritus Latin untuk merayakan Liturgi Suci yang dipimpinnya. Tetapi ini samasekali tidak berarti bahwa ritus Latin adalah ritus utama Gereja, hal itu juga tidak berarti bahwa Gereja Latin adalah “Gereja utama” dalam Gereja Katolik. Sebaliknya, yang benar ialah Gereja Latin adalah satu dari 22 Gereja sui-iuris (otonom) yang membentuk Gereja Katolik dengan Uskup Roma sebagai kepala persekutuan.

Sejak berakhirnya Konsili Fireze (Florence) telah terjadi ketidakadilan dalam Gereja Katolik yang dimulai dengan penempatan para Kardinal Romawi secara lebih terhormat daripada para Patriarkh dalam Konsili-konsili dan dalam upacara-upacara resmi Gereja Katolik (pada Konsili Firence sendiri para Patriarkh masih diberi kehormatan lebih tinggi, namun sesudahnya barulah kekacauan itu dimulai). Kekacauan ini kemudian merambat dari atas ke bawah dan berakhir pada Latinisasi besar-besaran terhadap Gereja-gereja Timur yang bersekutu dengan Roma. Seringkali Latinisasi ini terjadi karena sebagian Uskup dan Imam yang menjadi misionaris di daerah-daerah Timur secara salah menganggap bahwa Katolisisme identik dengan Latinisme dan mencurigai apa saja yang berbau Timur.

Kita bersyukur bahwa Roh Kudus tidak tinggal diam, perlahan-lahan para Paus bertindak menghentikan Latinisasi. Saat yang paling menentukan adalah Paus Leo XIII dengan ensiklik Orientalium Dignitas yang menjadi awal titik balik yang mencapai puncaknya pada Konsili Vatikan II yang memberi mandat kepada Gereja-gereja Timur untuk kembali kepada tradisinya yang asli dan memeliharanya. Semua Paus pasca-Vatikan II menunjukkan penghormatan dan pengakuan terhadap tradisi-tradisi Timur; Paulus VI mengizinkan untuk tidak menggunakan “filiouqe” (dan Putera) pada Pengakuan Iman Nicaea-Konstantinopel yang dinyanyikan di Gereja-gereja Timur, Yohanes Paulus II menulis ensiklik Orientale Lumen yang mengakui kekayaan warisan rohani Gereja-gereja Timur dimana sebagai orang Polandia ia cukup dekat dengan Gereja-gereja Katolik ritus Byzantine yang ada di negaranya.

Kembali ke Konsili Vatikan II, pada masa Konsili itu para Patriarkh Timur masih juga ditempatkan dalam urutan kehormatan sesudah para Kardinal Romawi. Patriarkh Maximos menentang urutan ini dan meminta agar tatanan kehormatan yang tradisional dan kuno dikembalikan. Sejumlah Uskup Latin menentangnya dan mengatakan bahwa Gereja Katolik Timur adalah ‘buatan’ Paus dan karenanya para Patriarkhnya tidak layak diperlakukan seperti yang diatur dalam Konsili-konsili kuno. Patriarkh Maximos menjawab mereka (dengan perkataan yang merupakan perkataan favorit saya):

“5. Akhirnya, keberatan yang diajukan adalah saat yang wajar untuk mengakui keutamaan para Patriarkh Timur sebagaimana mereka miliki sebelum skisma adalah saat para Patriarkh “sejati” yaitu para Patriarkh Ortodoks menyetujui untuk membicarakan persatuan. Tetapi para Patriarkh Timur yang sekarang hadir di Konsili ini adalah buatan baru dari Tahta Suci, dan karenanya memberikan tingkatan dan kuasa itu tidaklah tepat.

- Konsep ini, yang menyangkal bahwa para Patriarkh Katolik Timur adalah pengganti yang legitim dari para pendahulu mereka di tahta masing-masing, adalah senjata baru para “latinis” yang digunakan untuk menentang para Katolik dari Ritus-ritus Timur. Malang bagi mereka, karena walaupun konsep ini mungkin akan diterima oleh para Ortodoks yang terpisah dari Roma, namun tidak dapat diterima oleh orang Katolik dan secara mutlak bertentangan dengan pemikiran para Paus sendiri.

Karena kami tidak dapat menyajikan begitu banyak teks-teks kepausan yang mendukung pandangan kami, kami hanya membatasi dengan mengajukan teks-teks yang berkaitan dengan Kepatriarkhan Antiokhia kami sendiri, yang saat dijabat oleh Cyril VI Tanas menyatakan persatuan dengan Roma tahun 1724. Saat utusan Paus menahtakannya pada tanggal 25 April 1730, utusan Paus mengakui dia sebagai “Patriarkh Antiokhia yang legitim.” (Masi, Vol 46. col, 189) Sementara itu Paus Benediktus XIV, dalam pidatonya pada konsistori 3 februari 1744, mengakui Cyril VI sebagai satu-satunya pejabat Tahta Ortodoks yang sejati di Antiokhia, dan mengatakan tentang Patriarkh tandingganya Sylvester “ia telah merampas tahta patriarchal” dan megatakan kepada para Melkite bahwa didalam mereka “sisa-sia terhormat dari Gereja Antiokhia, yang sebelumnya terkubur, telah bangkit kembali kepada kehidupan” (Ibid., col. 340)

Dalam surat tanggal 29 Februari 1744, yang ditujukan juga kepada Patriarkh Cyril, Benediktus XIV mengungkapkan dirinya dengan cara ini: “Sementara kami mengakui bahwa Gerea Antiokhia Yunani yang terhormat, telah terpisah dari tahta Roma untuk waktu yang lama karena sksma yang mengerikan dan dikendalikan oleh para Patariakh yang terjangkit wabah skisma, sekarang akhirnya telah diserahkan kepadamu hai saudara, untuk kau jaga sebagai gembalanya yang sah.” (Ibid. col. 341) Dan Paus melanjutkan dengan menyatakan bahwa ia sungguh bergembira karena ia kini dapat sekali lagi memasukkan nama Patriarkh Antiokhia ke dalam diptychs Gereja Roma. Dari semua ini, jelaslah bahwa, bagi para Paus, Kepatriarkan Katolik Melkite Yunani adalah kelanjutan yang sah dari suksesi Tahta Antiokhia. Karenanya hak dan keistimewaan yang sama adalah hak bagi para Patriarkhnya sebagaimana para pendahulu kuno mereka.

Keberatan lain dapat diajukan, dan akan mudah untuk menjawabnya. Jantung utama dari permasalahan ini adalah: haruskah Gereja Katolik pada masa kita secara murni dan sederhana mengakui perkembangan yang hanya terjadi dalam lingkungan Latin Barat yang memunculkan Kekardinalan, atau harusnya sekali lagi diadakan penyelarasan berbagai institusi modern Barat dengan institusi yang lebih kuno di Timur? Dengan kata lain, apakah Katolisisme adalah perluasan Latinisme yang bersifat menaklukkan? Ataukah Katolisime adalah institusi ilahi, supra-regional, supra-nasional dimana tradisi Timur dan Barat memiliki hak yang pada dasarnya sama? Masalah tingkatan para Patriarkh Timur bukanlah masalah keutamaan dan kemuliaan kosong. Tetapi, menunjukkan suatu pengembalian kepada konsep eklesiologi yang lebih otentik dan apostolik.


Dalam sesi-sesi Konsili selanjutnya urutan kehormatan para Patriarkh dipulihkan dan terjadi perkembangan yang positif. Namun, sesudah Vatikan II terjadilah suatu perkembangan yang sangat negatif yaitu diangkatnya para Patriarkh Timur menjadi Kardinal. Pengangkatan ini pada umumnya disambut dengan ketidakpuasan dan kekecewaan di kalangan Timur, walaupun jalan tengah dapat diambil yaitu para Kardinal Patriakh tidak menerima gelar berupa dekanat, Paroki, atau Keuskupan di sekitar Roma.

Secara tradisional para Kardinal adalah pembantu Paus sebagai Patriarkh Gereja Latin. Dewan Kardinal terdiri terutama dari 6 orang Uskup yang menangani keuskupan-keuskupan pinggiran kota Roma yang pada awal abad pertengahan memiliki banyak penduduk dan para Uskupnya memiliki peranan penting namun pada masa ini enam keuskupan itu hanya menjadi daerah pinggiran yang sepi dan secara nyata tidak memiliki peran apa-apa. Selebihnya para Kardinal terdiri dari para Pastor di Paroki-paroki besar di kota Roma, dan para Diakon yang memimpin diskateri-diskateri (komisi-komisi) Keuskupan. Sementara saya tidak keberatan seorang Patriarkh Timur mengikuti konklaf (sementara beberapa orang Katolik Timur merasa aneh jika Patriarkh mereka harus terlibat dalam pemilihan Patriarkh Gereja Roma) dan bahkan merasa sangat perlu para Patriarkh Timur mengikuti konklaf, sangatlah tidak tepat jika mereka diangkat menjadi Kardinal Romawi. Tampaknya jauh lebih tepat dan lebih baik jika aturan konklaf (pemilihan Paus) diubah menjadi konklaf diikuti oleh para Kardinal Romawi dan semua kepala Gereja-gereja sui iuris dalam Gereja Katolik. Dibalik persoalan Kardinal ini, masalah sebenarnya adalah sama seperti yang diungkapkan Patriarkh Maximos yaitu eklesiologi yang terlalu berorientasi kepada Gereja Latin.

Pidato Maximos IV dan pengangkatan para Patriarkh sebagai Kardinal menunjukkan bahwa kesetaraan antara Gereja Latin dan Gereja-gereja Timur sebagai sesama Gereja otonom dalam persekutuan Gereja Katolik belum dicapai sepenuhnya.

Kamis, 15 Oktober 2009

Tata Perayaan Ekaristi Ritus Maronite: Qurbono (Part 4-Anafora dan Komuni)

Ritus Damai

Doksologi

Umat berdiri. Imam membuat tanda salib:
Imam: Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.

Doa Damai
Imam: Allah yang kudus dan berbelas kasih, melalui Putera-Mu yang Tunggal, Engkau telah mempersiapkan perjamuan rohani ini untuk kami. Berkenanlah atas persembahan Kurban yang tak berdarah ini, dan berilah kami anugerah Roh Kudus-Mu. Jadikanlah kami layak untuk menyampaikan salam damai satu sama lain dengan hati yang murni dan cinta kasih ilahi. Kemudian kami akan memuji Engkau, Putera Tunggal-Mu, dan Roh Kudus-Mu yang menghidupkan, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.

Salam Damai
Imam mencium Altar, menempatkan tangannya di atas persembahan, dan kemudian menyampaikan damai:
Imam: Damai bagimu, ya Altar Allah yang kudus. Damai atas misteri-misteri yang ditempatkan atasmu.

Ajakan Salam Damai

Diakon: Marilah kita saling menyampaikan salam damai kepada sesama kita, dengan cinta kasih dan kesetiaan yang menyenangkan Tuhan kita.
Umat saling menyampaikan salam damai dengan tangan terkatup.

Madah Damai
Selama salam damai semua menyanyikan:
Semua: Saudara-saudari, damai, cinta kasih, dan iman dari Allah Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus. Semoga Allah, sang Damai, bersama kamu semua. Amin.

Doa Penumpangan Tangan

Imam: Kami membungkuk di hadapan-Mu, ya Raja segala raja dan Tuhan segala tuhan, dan memohon kepada-Mu pandanglah kami dengan murah hati. Buatlah kami layak menghampiri Altar kudus-Mu dengan hati murni dan jiwa raga yang kudus, dan kami akan menyampaikan kemuliaan dan syukur bagi-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.

Doa Selubung

Imam: Ya Tuhan, semoga damai-Mu, kasih sejati dan rahmat kekal dan ilahi bersama kami dan tinggal di tengah kami sepanjang hidup kami, dan kami akan memuliakan Engkau dan bersyukur kepada-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.

DOA SYUKUR AGUNG

Dialog
Imam: Semoga cinta kasih Allah + Bapa, rahmat Putera-Nya yang + Tunggal, dan persatuan serta persekutuan Roh + Kudus bersamamu selamanya.
Umat: Dan bersama rohmu.
Imam: Marilah mengangkat hati, pikiran, dan kehendak kita kepada Allah.
Umat: Sudah kami angkat kepada-Mu, ya Allah.
Imam: Marilah bersyukur kepada Allah dengan takut akan Dia dan menyembah-Nya dengan kerendahan hati.
Umat: Sudah layak dan sepantasnya.

Pujian dan Syukur

Imam: Sungguh kemuliaan dan pujian layak bagi-Mu, karena Engkaulah kudus, ya Allah Bapa kami, dan Engkaulah sang pemberi hidup. Terpujilah Engkau bersama Putera-Mu yang Tunggal dan Roh Kudus-Mu yang menghidupkan. Kau dikelilingi oleh kerubim dan seraphim, yang dengan suara murni dan melodi surgawi, menyanyikan pujian dan mewartakan kemuliaan-Mu dengan bernyanyi kudus, kudus, kudus:

Umat: . Kudus, kudus, kuduslah Tuhan yang berbala tentara. Surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu yang besar. Hosanna di tempat tinggi. Terpujilah Dia yang telah datang dan akan datang dalam nama Tuhan. Hosanna di tempat tinggi.

Imam: .Kudus, kudus, kuduslah Engkau, ya Allah yang penuh belas kasih. Kuduslah Putera-Mu yang Tunggal Yesus Kristus, Tuhan dan Allah kami. Kuduslah Roh Kudus-Mu yang memberi hidup. Engkaulah sumber segala kekudusan dan berkat. Bagi keselamatan kami, Putera-Mu yang Tunggal mengambil daging dari Perawam Maria yang murni, Bunda Allah, dan dengan rencana keselamatan ilahi-Nya Ia menebus dan menyelamatkan kami.

Kisah Institusi

Kisah Institusi selalu dinyanyikan dalam bahasa Aram
Imam: Byow-mo how daq-dom ha-sho-dee-leh ma'-bed hy-eh
nsa-bel-lah-mo be-dow qa-dee-sho-to.
Ou-ba-rekh
ou-qa-desh
waq-so
ou-ya-bel-tal-mee-dow kad o-mar:
Sab a-khool meh-neh kul-khoon:
Ho-no den ee-tow faghro deel
dah-lo-fy-koun wah-lof sagee-yeh
meh-teq-seh ou-meh-tee-heb
lhoo-so-yo dhow-beh wal-ha-yeh dal-'o-lam 'olmeen.
[Pada hari sebelum sengsara-Nya yang menghidupkan, Yesus mengambil roti dengan tangan-Nya. Ia memberkati dan menguduskan-Nya lalu memecah-mecahkannya, memberikan-Nya kepada para murid-Nya sambil berkata: Terimalah dan makanlah, hai kamu semua, karena inilah Tubuh-Ku yang dipecahkan dan diserahkan bagimu dan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa dan kehidupan kekal.]

Umat: Amin.

Imam: Ho-kha-no 'al ko-so dam-zeegh wo
men ham-ro ou-men ma-yo
ba-rekh
ouqa-desh
ou-ya-be-tal-me-dow kad o-mar:
Sab esh-tow meh-neh kul-khoon:
Ho-no den ee-tow dmo deel
dee-ya-tee-qee hda-to
dah-lo-fy-koon wah-lof sa-gee-yeh
meh-teh-shed ou-meh-tee-heb
lhoo-so-yo dhow-beh wal-ha-yeh dal-o'-lam 'ol-meen.
[Kemudian Ia mengambil piala berisi anggur bercampur air, memberkati dan menguduskannya, lalu memberikannya kepada para murid-Nya sambil berkata: Terimalah dan minumlah, hai kamu semua, karena inilah Piala Darah-Ku, Darah Perjanjian Baru, yang ditumpahkan dan diserahkan bagimu dan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa dan kehidupan kekal.]
Umat: Amen.

Anamnesis
Imam: Setiap kali kamu makan Roti ini dan minum dari Piala ini, kamu mengenangkan Aku sampai Aku datang kembali.
Umat: Ya Tuhan, kami kenangkan wafat-Mu, kami memberi kesaksian atas kebangkitan-Mu, kami menantikan kedatangan-Mu kedua kali, kami memohon belas kasih-Mu dan pengampunan dosa kami. Semoga belas kasih-Mu turun atas kami.
Imam: Ya Allah, sang Pencinta semua manusia, kami hamba-hamba-Mu yang berdosa ini mengenangkan rencana keselamatan-Mu dan kami memohon agar Engkau berbelas kasih kepada kami. Kasihanilah mereka yang menyembah-Mu dan selamatkanlah para ahli waris-Mu saat Engkau datang di akhir zaman untuk mengganjar semua orang dengan adil menurut perbuatannya. Melalui Engkau Gereja-Mu memohon kepada Bapa-Mu dan berdoa:
Umat: Kasihanilah kami, ya Bapa yang mahakuasa, kasihanilah kami.
Imam: Ya Tuhan, kami para hamba-Mu yang berdosa dan malang ini menyadari rahmat yang telah kami terima dari-Mu dan bersyukur kepada-Mu untuk dan karena rahmat itu.
Umat: Kami memuji-Mu, mengagungkan-Mu, menyembah-Mu, kami mengaku dan memohon kepada-Mu: kasihanilah kami, ya Tuhan, dan dengarkanlah kami.

Seruan Kepada Roh Kudus (Epiklesis)

Diakon: Betapa agung saat ini, ya kekasihku. Roh Kudus akan turun dari surga dan menaungi persembahan ini, yang disiapkan untuk pengudusan kita. Marilah kita berdiri dan berdoa dan tiga kali menyerukan:
Imam: Kasihanilah kami, ya Tuhan, kasihanilah kami. Utuslah Roh-Mu yang menghidupkan dari surga untuk menaungi persembahan ini dan menjadikannya Tubuh dan Darah pemberi hidup untuk memurnikan dan menguduskan kami.
Imam berlutut dengan kedua kaki, merentangkan tangan dan menyanyikan dalam bahasa Aram (A) atau bahasa lokal (B):

A
Imam: `A-neen mor-yo; `A-neen mor-yo; `A-neen mor-yo.
Ou-nee-teh mor roo-hokh ha-yo ou-qa-dee-sho
ou-na-gen `a-lyn ou-`al qur-bo-no-hono.
Atau:
B

Imam: Dengarkanlah kami Tuhan, dengarkanlah kami Tuhan, dengarkanlah kami Tuhan. Curahkanlah Roh-Mu yang kudus dan menghidupkan menaungi kami dan persembahan kami.

Umat: Kyrie eleison, Kyrie eleison, Kyrie eleison.
Atau
Tuhan kasihanilah kami, Tuhan kasihanilah kami, Tuhan kasihanilah kami

Imam: Berkat naungan-Nya, Roh menjadikan roti ini + Tubuh Kristus Allah kami.
Umat: Amin.
Imam: Dan menjadikan campuran dalam piala ini + Darah Kristus Allah kami.
Umat: Amin.
Imam: Semoga Misteri suci ini menjadi pengampunan dosa kami, penyembuhan jiwa dan raga kami, dan menguatkan hati nurani kami, sehingga tak satupun dari umat beriman-Mu yang akan musnah. Sebaliknya, semoga kami hidup oleh Roh-Mu, menjalani hidup yang murni, dan memuliakan-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.

Doa Syafaat
Semua duduk. Imam berdoa:

Imam: Ya Tuhan Allah, kami mempersembahkan Kurban Ilahi ini bagi Gereja-Mu, terutama bagi Bapa Suci Benediktus (nama Paus), Boutros Nasrallah Sfeir (nama Patriarkh), Patriarkh kami, dan …(nama Uskup) Uskup kami dan semua Uskup yang mengakui iman yang benar. Semoga mereka hidup tidak bercela agar dengan kemurnian dan kekudusan mereka dapat menggembalakan kawanan-Mu dan menyampaikan kepada-Mu suatu umat yang diperbarui dalam Roh dan berkenan bagi kemuliaan nama-Mu.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, kawanan-Mu, terutama mereka yang telah menyampaikan persembahan ini. Berilah pengampunan kepada mereka yang berkumpul di sini di hadapan-Mu, semoga kami selalu hidup tak bercela di hadirat-Mu, dan menyadari rahmat yang telah Kau curahkan atas kami. Karena Engkau baik dan berbelas kasih, dan kami berdoa kepada-Mu Tuhan.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, para pemimpin negara kami, yang menjaga umat-Mu, kawanan yang diselamatkan oleh nama-Mu. Dalam belas kasihan-Mu ampunilah mereka, bantulah mereka, dan utuslah malaikat-Mu untuk menjaga mereka. Supaya dalam damai, keselarasan, dan dengan penuh kepercayaan kami akan memuliakan, bersyukur dan berdoa kepada-Mu.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, semua orang yang berkenan kepada-Mu sejak awal mula, terutama Maria, Bunda Allah yang terberkati, para Rasul, Nabi, Martir, Pengaku Iman, Yohanes Pembaptis, Stefanus diakon pertama, Santo/a..(pelindung Paroki), santo/a…(yang dipestakan), dan semua yang seperti mereka yang dikenal karena kesempurnaan hidup mereka dan perbuatan-perbuatannya. Semoga kami diingat dalam doa-doa mereka dan menjadi layak untuk bersukacita bersama mereka dalam kerajaan-Mu dan kami berdoa kepada-Mu, ya Tuhan.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, akan para leluhur dan guru kami yang mengimani iman sejati dan menjaga kebenaran-Mu, dan yang telah menanggung derita karena Gereja-Mu. Biarlah kami memelihara kebenaran yang mereka imani dengan bibir kami, agar kami mengikuti jejak mereka, berjalan dalam kepolosan dan kesederhanaan dalam jalan-Mu yang adil.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, orang beriman yang telah meninggal dunia. Terimalah persembahan ini untuk mereka. Mereka telah menaruh kepercayaan kepada belas kasih dan pengampunan-Mu dan menantikan rahmat-Mu, berilah mereka istirahat di pangkuan Abraham, dan panggilan mereka menjadi tamu dalam kerajaan-Mu. Berilah juga kepada kami, kematian yang penuh damai, dan hapuskanlah pelanggaran kami, karena tak ada satupun di bumi yang tak berdosa kecuali Putera-Mu yang Tunggal, yang melalui Dia kami berharap, agar bersama mereka kami menerima pengampunan dosa.
Umat: Berilah mereka istirahat, ya Tuhan, dan ampunilah semua dosa dan kejatuhan kami: dosa-dosa yang kami lakukan dengan sadar dan tanpa sadar.
Imam: Bebaskanlah kami semua, ya Tuhan, dari sengatan dosa, ampunilah pelanggaran kami, dan dalam belas kasih-Mu tebuslah kami, agar nama-M yang suci dapat dimuliakan, dipuji, dan dihormati dalam kami, untuk kami, dan karena kamim dengan nama Yesus Kristus Tuhan kami, dan Roh Kudus-Mu yang menghidupkan, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Sebagaimana telah terjadi, sekarang terjadi, dan selamanya akan terjadi. Amin.

RITUS KOMUNI
Berkat

Imam: . Semoga berkat Allah + Bapa, dan Penyelamat kita Yesus Kristus dan persekutuan Roh Kudus bersamamu.
Umat: Dan bersama rohmu.
Pemecahan Roti, Penandaan, Pencelupan, Pencampuran dan Pengangkatan
Umat menyanyikan nyanyian yang cocok atau korozooto hari yang bersangkutan.


Pemecahan Roti

Imam: Kami telah percaya, dan telah mempersembahkan, dan sekarang kami memateraikan + dan memecahkan persembahan ini, Roti Surgawi, Tubuh sang Sabda, yang adalah Allah yang hidup.

Pencelupan
Imam: Kami menandai Piala Keselamatan dan Syukur ini dengan abu pemurnian yang mengalir bersama misteri surgawi dalam nama +Bapa, untuk semua yang hidup; dalam nama Putera + Tunggal-Nya untuk semua yang berasal dari-Nya, dan seperti Dia, yang hidup bagi semua yang hidup; dalam nama Roh + Kudus, yang adalah awal, akhir, dan kesempurnaan segala yang telah ada, ada, dan aka nada di surga dan bumi: Allah yang satu-tak terpisah, sejati, benar, terpuji, dan tertinggi, yang dari-Nya datang hidup abadi.

Penandaan

Imam: Darah Tuhan kita Yesus Kristus dipercikan atas Tubuh-Nya yang suci, dalam nama + Bapa, dan + Putera, dan Roh + Kudus.

Pencampuran
Imam: Ya Tuhan, Engkau telah menyatukan keilahian-Mu dengan kemanusian kami dan kemanusiaan kami dengan kehidupan ilahi-Mu dengan kefanaan kami dan kefanaan kami dengan hidup-Mu. Kau telah mengambil apa yang menjadi milik kami, dan memberikan kepada kami apa yang menjadi milik-Mu, untuk hidup dan keselamatan jiwa kami.. Bagi-Mu, ya Tuhan, kemuliaan selama-lamanya.

Pengangkatan

Umat berdiri. Imam mengangkat patena dengan Roti atas Piala dan mengangkat keduanya, sambil diam-diam berdoa:
Imam: Ya Tuhan Engkaulah persembahan yang berkenan kepada Bapa, yang telah dipersembahkan untuk kami; Engkaulah kurban penghapus salah, yang mempersembahkan diri-Mu untuk kami kepada Bapa-Mu. Engkaulah Anak Domba Kurban,dan juga Imam yang mempersembahkan diri-Mu sendiri untuk kami. Semoga doa-doa kami menjadi seperti dupa di mata-Mu seperti kami mempersembahkan-Nya melalui Engkau dan bersama Engkau kepada Bapa-Mu.

Bapa Kami
Imam: Allah yang maha pengasih dan pengampun, yang kami hormati diatas segalanya, berilah kami kemurnian dan kekudusan untuk berkata:
Imam dan umat merentangkan tangan dan berdoa:
SEMUA: Bapa kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu..etc
Imam: Ya Tuhan, Pencinta segala sesuatu, jangan tinggalkan kami, jangan biarkan kami jatuh dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari si jahat dan jalannya yang menyesatkan, karena Kerajaan adalah milik-Mu, milik Putera Tunggal-Mu, dan milik Roh Kudus-Mu yang menghidupkan, sekarang dan selama-lamanya
Umat: Amin.

Ritus Tobat

Imam: Damai bersamamu.
Umat: Dan bersama rohmu.
Diakon: Tundukanlah kepalamu di hadapan Allah yang berbelas kasih, di hadapan Altar pengampunan-Nya, dan di hadapan Tubuh dan Darah Penyelamat kita, yang memberikan hidup kepada mereka yang ambil bagian dalam Dia, dan terimlahan berkat Tuhan.
Imam: Ya Tuhan, berkatilah umat-Mu yang tunduk di hadapan-Mu. Selamatkanlah kami dari segala bencana dan buatlah kami layak ambil bagian dalam Misteri Ilahi ini dengan kemurnian dan kekudusan, agar melaluinya kami diampuni dan dikuduskan. Dan kami akan memuliakan Dikau, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Imam: Semoga rahmat Tritunggal + Mahakudus yang kekal dan setara dalam hakekat, bersamamu saudara dan saudariku.
Umat: Dan bersama rohmu.
Diakon: Marilah kita memandang Allah dengan kagum dan hormat dan memohon kepada-Nya belas kasih dan pengampunan.

Ajakan Komuni
Imam: Yang Kudus bagi yang kudus, dengan kesempurnaan, kemurnian dan kekudusan.
Umat: Satu Bapa yang Kudus, Satu Putera Tunggal, Satu Roh Kudus. Terpujilah nama Tuhan Dialah Yang Satu di surga dan bumi. Kemuliaan bagi Allah selama-lamanya.
Imam dan umat bersiap menerima Komuni. Semua merentangkan tangan dan berdoa:
SEMUA: Jadikanlah kami ya Tuhan Allah, untuk menguduskan tubuh kami dengan Tubuh Suci-Mu dan untuk memurnikan jiwa kami dengan Darah Pengampunan-Mu. Semoga Komuni kami menjadi pengampunan dosa kami dan mendatangkan hidup abadi.

Komuni Imam

Umat menyanyikan salah satu madah ini:

Melalui Kebangkitan Kristus Imam: Melalui Kebangkitan Kristus sang Raja, dengan iman yang benar, marilah memohon pengampunan dosa bagi jiwa kita. Marilah kita semua mewartakan Putera yang menebus kita dengan salib-Nya: “Terpujilah Juruselamat: Kuduslah Engkau, Kuduslah Engkau, Kuduslah Engkau.” Semoga kenangan akan Bunda Kristus, Para Kudus, dan semua orang beriman yang telah wafat, dihormati di seluruh dunia. Alleluia!
ATAU:
Bala tentara surga berdiri bersama kita di tempat kudus. Dalam perarakan mereka membawa Tubuh dan Darah Putera Allah, yang disembelih untuk kita. Marilah kita menghampiri Dia dan menerima-Nya untuk pengampunan dosa dan kesalahan kita. Alleluia! Semoga orang tua kami, saudara dan saudari, dan guru-guru yang kami kenangkan di Altar-Mu, ya Tuhan. Dapat berdiri di sisi kanan-Mu pada hari penghakiman, ya Kristus sang Raja, Alleluia! Terpujilah Tuhan yang memberi Tubuh dan Darah-Nya yang menghidupkan agar kami menemukan pengampunan didalamnya. Pujilah dan tinggikanlah Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Kemuliaan bagi-Nya selama-lamanya. Alleluia!

Sementara umat bernyanyi imam menyantap Tubuh Tuhan dengan diam-diam berdoa:

Imam: Tubuh Tuhan kita Yesus Kristus diberikan kepadaku untuk pengampunan dosa-dosaku dan untuk hidup kekal.
Imam meminum Darah Tuhan dengan diam-diam berdoa:
Imam: Darah Tuhan kita Yesus Kristus diberikan kepadaku untuk pengampunan dosa-dosaku dan untuk hidup kekal.
Para konselebran menyambut Komuni, dengan makan dan minum sendiri.

Komuni Umat
Sebelum Komuni dibagikan Imam mengangkat Patena dan semua bernyanyi:
Tuhan kita berkata: “Akulah Roti hidup. Siapapun yang memakan Aku dengan iman memiliki hidup.”
Imam: Inilah Piala yang disiapkan Tuhan kita di salib. Datanglah kalian, yang fana, dan minumlah untuk pengampunan dosa.
Umat: Gereja mewartakan: “Datanglah, ya saudara dan saudari, ambilah Tubuh Putera, minumlah Darah-Nya dalam iman dan nyanyikanlah kemuliaan-Nya.

Ayat berikut juga dapat dinyanyikan:

Gereja mewartakan: “Kudus, kudus, kuduslah Engkau Tuhan; terpujilah Dia yang memberikan Tubuh dan Darah-Nya untuk keselamatanku.” Alleluia! Alleluia! Kemuliaan bagi Kristus, karena Dia memberikan Tubuh dan Darah-Nya yang menghidupkan untuk keselamatan kita. Semoga persembahan ini menolong kita di hari penghakiman, saat kita berdiri di hadapan Tahta Allah yang mengagumkan. Alleluia! Alleluia! Kemuliaan bagi Kristus, karena dari Piala-Nya Bunda Gereja dan putera-puterinya minum, dan menyanyikan pujian bagi-Nya.

Imam membagikan Komuni kepada para Diakon, sub-Diakon (Putera Altar) dan umat dengan mengatakan:
Imam: Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus Kristus diberikan kepadamu untuk pengampunan dosa dan kehidupan kekal.
Selama Komuni dinyanyikan Roti kehidupan atau Bapa Kebenaran atau madah dan mazmur yang cocok untuk Komuni. Juga dapat dinyanyikan madah tradisional Syria untuk mengenang orang yang telah meninggal:
Ya Tuhan yang berbelas kasih, terimalah persembahan ini dari para penyembah-Mu. Dalam kebaikan-Mu, berilah pengampunan bagi orang beriman yang sudah wafat. Pandanglah persembahan yang telah dipersembahkan dan jiwa yang telah ditebus. Berilah istirahat bagi jiwa yang untuknya Kurban ini dipersembahkan. Semoga persembahan ini, yang dipersembahkan oleh yang hidup untuk yang mati, memperoleh belas kasih bagi jiwa mereka dan pengampunan untuk kesalahan mereka. Semoga Tuhan, yang menghidupkan Lazarus dan anak si janda, merecikan belas kasih-Nya atas orang beriman yang telah meninggal. Ya Tuhan kami merayakan kenangan atas mereka yang untuknya Kurban ini kami persembahkan bersama Abraham, Ishak dan Yakub. Ya Raja Surgawi, terimalah persembahan hamba-Mu, dan rayakanlah kenangan mereka dalam Yerusalem surgawi-Mu. Di Yerusalem yang di atas, dan dalam Gereja di bumi juga, semoga mereka berada dalam kenangan terhormat pada Altar-Mu di surga. Ya Anak Domba Allah, ya Gembala yang mati untuk kawanan-Nya: dalam kebaikan-Mu, berilah istirahat kepada orang beriman yang telah meninggal. Jiwaku menantikan Tubuh-Mu, walaupun aku takut mendekat, karena aku gemetar karena dosa-dosaku. Dalam kebaikan-Mu Tuhan, berilah aku pengampunan. Semoga Tubuh dan Darah-Mu yang kami sambut menjadikan kami, pengantin-Mu, dan menjadikan kami dengan selamat melintas dari kegelapan kepada terang. Semoga makhluk surgawi bersukacita dan yang fana berharap, karena persembahan dari yang hidup untuk yang mati.
Pemberkatan Dengan Misteri

Sesudah Komuni Imam memberkati umat dengan Tubuh dan Darah Tuhan:

Imam: selalu memuliakan dan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, karena Engkau memberikan kepada kami Tubuh-Mu untuk dimakan dan Darah-Mu untuk diminum. Ya Pencinta segalanya, kasihanilah kami.
Umat: Ya Pencinta segala, kasihanilah kami.

Ucapan Syukur

Sementara imam membersihkan Patena dan Piala, umat duduk dan menyanyikan madah syukur misalnya: Ya Tuhan aku telah menyantap Tubuh-Mu, atau Mazmur 134. Dan sambil membersihkan Imam berdoa:
Imam: Kami bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan Allah, dan kami mohon agar Komuni Ilahi ini menjadi pengampunan dosa, dan kemuliaan bagi nama-Mu yang kudus, dan bagi Putera-Mu yang Tunggal, dan bagi Roh Kudus-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.

Berkat Dan Pengutusan

Imam: Damai bersamamu.
Umat: Dan bersama rohmu.
Imam menumpangkan tangan kanannya atas umat dan menyanyikan:
Imam: Ya Tuhan Penyelamat kami, Engkau telah menjadi daging dan mengurbankan diri-Mu untuk kami Engkau telah menyelamatkan kami. Tebuslah kami sekarang dari hukuman abadi, jadikan kami Bait bagi nama-Mu yang kudus, karena kami adalah umat-Mu dan ahli waris-Mu. Bagi-Mu, Kristus, dan bagi Bapa-Mu, dan bagi Roh Kudus-Mu, kemuliaan, hormat, dan kuasa, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Umat berdiri dan Imam melanjutkan:
Imam: Pergilah dalam damai, saudara-saudari terkasih, dengan ditemani oleh kekuatan dan rahmat yang kalian terima dari Altar pengampunan Tuhan. Semoga berkat dari Tritunggal Mahakudus tetap bersamamu: + Bapa dan + Putera dan Roh + Kudus, Allah yang Satu, bagi-Nya lah kemuliaan sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Imam mencium Altar dan diam-diam berdoa:

Imam: Tinggalah dalam damai, ya Altar Allah yang kudus, aku berharap dapat kembali kepadamu dengan damai. Semoga persembahan yang kuterima darimu mengampuni dosa-dosaku dan mempersiapkan aku berdiri tak bercela di hadapan Tahta Kristus. Aku tidak tahu apakah aku akan dapat kembali kepadamu lagi untuk mempersembahkan Kurban ini. Jagalah aku, ya Tuhan, dan lindungilah Gereja Kudus-Mu, semoga ia menjadi jalan keselamatan dan cahaya dunia. Amin.
Imam dan para pelayan meninggalkan panti imam dan tempat ibadat.