Kamis, 29 Oktober 2009

Penjelasan Qurbono (Part 5)

Pra-Anafora
Pra-anafora terdiri dari sejumlah tindakan dan doa yang mengubungkan bagian pertama dan bagian kedua serta mempersiapkan bagian kedua, yaitu anafora, yang dalam bahasa Yunani berarti “persembahan Qurbono”. Bagian ini dibuka dengan Credo dan termasuk didalamnya adalah prosesi penyerahan persembahan, persembahannya di Altar, dan pendupaan Altar, persembahan dan umat.

Credo
Gereja Maronite menggunakan Credo Nicaea-Konstantinopel. Credo ini diperkenalkan dalam Ibadat Qurbono pada abad ke 5. Sebelumnya, Credo ini digunakan sebagai pengakuan katekumen yang dilakukan sebelum penerimaan mereka ke dalam Misteri Baptisan dan kemudian menjadi pengakuan umat terbaptis sebelum bagian liturgi Ekaristis, dulu pada bagian ini katekumen diutus dari Gereja.

Naik ke Altar

Selebran dan para pelayan yang membantunya menuju ke Altar, menyanyikan madah yang mengiringi mereka naik ke Altar. Madah ini berbeda dari dialog pembukaan pada awal Qurbono. Bagaimanapun juga, kedua madah ini memiliki arti yang sama. Dalam penggunaan madah ini kami tidak membedakan antara Uskup dan Imam, walaupun di waktu lampau madah ini dikhususkan hanya bagi Uskup. Naik ke Altar diikuti dengan tindakan mencium bagian tengah Altar, karena Altar adalah simbol Kristus sendiri; menghormatinya berarti menghormati Kristus sendiri.

Orientasi Selebran di Altar

Menurut tradisi Maronite dan menurut kesaksian Patriarkh Duwaihy, Altar harus dipisahkan dari tembok panti imam, agar selebran dapat mengelilinginya. Arsitektur gereja yang tradisional mengharuskan Altar menghadap ke timur. Jadi merupakan kebiasaan dimana selebran menghadap timur dan konggregasi di belakangnya menghadap arah yang sama.

Bagaimanapun, karena alasan-alasan pastoral dan pemahaman Ekaristi yang lebih baik, sebagaimana Perjamuan Malam Terakhir, cara baru perayaan telah muncul dalam Gereja, yaitu selebran menghadap jemaat. Berkat hal ini, umat yang lebih terdidik mengenai Qurbono telah menunjukkan partisipasi yang lebih besar.

Pada tanggal 6 Juni 1992, Sinode Patriarkhal para Uskup telah mendekritkan kemungkinan untuk merayakan baik menghadap umat, atau bersama umat menghadap timur. Pengaturan akhir mengenai masalah ini diserahkan kepada hierarki lokal. Sejumlah besar gereja baru telah dibangun untuk mengakomodasi arahan baru ini, yang dalam pandangan kami, menampilkan suatu pembaruan yang sejalan dengan semangat Qurbono (sebagaimana kenangan akan Perjamuan Malam Terakhir), dan juga memenuhi tuntutan kehidupan pastoral masa kini.

Pemindahan Persembahan
Persembahan diserahkan atau dipindahkan dari tempat persiapan ke Altar. Mereka dibawa dalam prosesi yang disertai lilin, dupa, dan nyanyian madah tradisional yang populer: “Tuhan bertahta berpakaian kemuliaan.” Banyak makna dikenakan kepada ritus ini, yaitu: pemisahan antara dua bagian Qurbono, Sabda Allah dalam Kitab Suci dan Sabda Allah dalam Ekaristi; juga undangan kepada jemaat untuk mempersembahkan diri dan dikuduskan bersama roti dan anggur yang dipersembahkan untuk menjadi Tubuh dan Darah Kristus.

Penyerahan Persembahan
Selebran menerima persembahan-persembahan, lalu mengangkatnya dalam sikap mempersembahkan persembahan kepada Allah sambil mengucapkan salah satu doa Maronite tertua dalam ritus ini.

Penempatan Persembahan di Altar

Penempatan persembahan di Altar adalah suatu tindakan liturgis imami; tindakan ini menandakan pemisahan bahan-bahan persembahan sebagai penyerahan resmi di Altar Allah. Ritus konsekrasi dimulai pada bagian ini. Melanjutkan penempatan di Altar, selebran melakukan sejumlah pengenangan, terutama: pengenangan akan Kristus dan rencana keselamatan-Nya dan pengenangan akan orang-orang kudus, terutama pelindung gereja dan orang kudus yang pestanya sedang dirayakan. Kemudian dia mewartakan intensi umum dan khusus yang bagi mereka persembahan ini disampaikan. Persembahan diletakkan di tengah Altar di atas sepotong kayu atau marmer yang dikonsekrasi (disebut tablet), atau di atas sepotong kain yang dikonsekrasi (seperti corporale dalam Gereja Latin).

Pendupaan

Untuk pertama kalinya selebran mendupai Altar yang disiapkan untuk mengurbankan persembahan yang ditempatkan di atasnya. Pendupaan sebelumnya, dalam doa mohon belas kasihan (Hoosoyo) sewaktu Ibadat Sabda, dilakukan diluar konteks Altar dan persembahan. Pendupaan ini disertai dengan madah peringatan, madah pendupaan “Pencinta mereka yang bertobat, dan madah lain seperti Salatooke Ma’na (Semoga doamu menyertai kami), atau madah lainnya.

Anaphora
Anaphora adalah kata dalam bahasa yunani yang berarti “persembahan atau “qurbono”. Di sini berarti serangkaian doa dan tindakan syukur; anaphora dimulai dengan ritus damai, konsekrasi dan komuni sampai penutupan ibadat. Bagian kedua dari Qurbono sekarang disebut dengan nama anaphora. Menurut tradisi Syriac Maronite kita, ada bermacam-macam anaphora; anaphora itu dikenakan kepada Dua Belas Rasul, atau salah satu Rasul dan Pengarang Injil, atau salah satu Patriarkh, Bapa Pendahulu, atau Uskup yang ternama. Jumlah anaphora dalam seluruh tradisi Syriac berjumlah sekitar tujuh puluh buah.

Anaphora Syriac Barat

Ada dua model anaphora dalam tradisi Maronite kita; beberapa diantaranya menggunakan model Syriac Barat, seperti Anaphora Santo Yakobus dari Yerusalem, sementara yang lainnya menggunakan model Syriac Timur seperti Anaphora Sharar dan Anaphora Addai dan Mari dari Assyria Chaldea.

Dalam edisi-edisi Qurbono sebelumnya (kecuali “Ritus Sederhana” terbitan Bkerke tahun 1973), sebagai tambahan dari model yang sepenuhnya Barat juga ada beberapa doa dari Anaphora Sharar yang termasuk model Syriac Timur. Anaphora ini kemudian menjadi perpaduan antara model Barat dan Timur. Dalam teks Qurbono baru ini, kami menghapuskan duplikasi semacam itu. Kami menyusun anaphora hanya menurut model Syriac Barat saja tanpa doa-doa Anaphora Sharar Maronite Timur. Bagaimanapun, hal ini tidak berarti kami sepenuhnya mengabaikan Anaphora Sharar (lihat bawah).

Ada banyak anaphora-anaphora Syriac Barat yang digunakan oleh Gereja Maronite. Kami menemukan beberapa diantaranya dalam manuskrip-manuskrip Maronite, terutama dalam kompilasi anaphora-anaphora yang disiapkan oleh Patriarkh Duwaihy. Kompilasi ini memuat tiga puluh nama, beberapa diantaranya memiliki nama non-Maronite. Teksnya bervariasi dari satu manuskrip dengan yang lainnya. Bagaimanapun, beberapa anaphora ini benar-beanr berasal dari sebelum abad ke 10; mereka juga dipakai dalam sejumlah manuskrip dan edisi-edisi Buku Qurbono selanjutnya.

Sementara itu, untuk edisi Qurbono ini, kami hanya membatasi jumlahnya menjadi enam anaphora saja, kami berharap nantinya kami dapat melengkapinya sampai sekurangnya ada dua puluh empat anaphora. Enam anaphora yang dipilih saat ini seluruhnya berasal dari tradisi Maronite sebelum abad ke sepuluh. Berikut kami tampilkan daftarnya sebagaimana urutan dalam buku Qurbono:
Anaphora Dua Belas Rasul;
Anaphora Santo Petrus, Pemimpin Para Rasul (Ya Allah Kedamaian)
Anaphora Santo Yakobus, Saudara Tuhan;
Anaphora Santo Yohanes Rasul;
Anaphora Santo Markus Pengarang Injil;
Anaphora Sixtus, Paus Roma.
Anaphora-anaphora ini telah menjadi subyek dari sejumlah penelitian, yang beberapa diantaranya diterbitkan sebagai karya illmiah. Kami mengacu kepada teks anaphora hasil penelitian ilmiah, atau, jika belum ada hasil penelitian ilmiah semacam itu, kami mengacu kepada teks liturgis yang umum dipakai.

Anaphora Sharar Syriac Timur
Anaphora ini memiliki berbagai nama, seperti Anaphora Para Rasul, Anaphora Santo Petrus (ketiga), dan Anaphora Sharar (Sharar adalah kata Syriac pertama dari anaphora ini dan berarti “meneguhkan”). Sejumlah penelitian atas anaphora Syriac Timur ini menunjukkan keserupaan dengan Anaphora Addai dan Mari yang digunakan oleh Gereja-gereja Assyria Chaldea. Kedua anaphora ini mungkin memiliki asal yang sama dari Edessia sekitar abad ke 5.

Dalam ritus Maronite, Anaphora Sharar memiliki susunan internal yang sama dalam Qurbono dalam dalam ritus konsekrasi krisma (Myron) dan untuk konsekrasi air baptis pada malam Epifani. Tidak diragukan bahwa Gereja Maronite menggunakan Anaphora Sharar dalam Qurbono sebelum abad ke 16, edisi pertama Buku Qurbono menempatkan anaphora ini setelah anaphora-anaphora yang lainnya, sementara edisi ke 2 (1716) tidak lagi menggunakannya. Kemudian anaphora ini menjadi Qurbono Penandaan Piala, yang merupakan ritus komuni pada hari Jumat Agung.

Anaphora Sharar telah memiliki susunannya sendiri yang tidak begitu jelas atau mudah dipahami. Pada saat ini, anaphora ini tidak dapat digunakan, tetapi harus dipelajari dan diberi susunan yang baru terlebih dahulu. Komisi Liturgi Patriarkal telah melakukan tugas ini dengan tujuan membawa anaphora ini kembali ke kehidupan liturgis Gereja maronite, dan secepat mungkin mengoreksi dan menyusun Anaphora Sharar secara jelas. Dari sini tapak jelas bahwa Liturgi Maronite memiliki akar-akarnya juga pada sumber-sumber Syriac Timur. Kami tidak perlu menyatakan bahwa tugas ini cukup sulit, yaitu untuk menyusun kembali suatu anaphora yang selama beratus-ratus tahun tidak lagi digunakan, dan juga untuk mempersiapkan ritus serupa untuk konsekrasi krisma (Myron) dan air baptis. Sekarang ini kami menunda pekerjaan ini sampai beberapa waktu kedepan, insha Allah.

Enam Anaphora Qurbono Baru

Kami menggunakan enam anaphora, sebagaimana ditunjukkan di atas, dengan sejumlah variasi, terutama:
Kata-kata konsekrasi, yaitu narasi penetapan Ekaristi saat Perjamuan Malam Terakhir, aslinya teks ini bervariasi dari anaphora yang satu dengan yang lainnya. Bagaimanapun kami tidak dapat kembali kepada teks literal tiap anaphora, karena teks kata-kata konsekrasi dalam situasi ritus Maronite sekarang telah mengambil bentuk yang baru, dalam isi dan bentuknya. Maka, kami membatasi pilihan kami dari semua anaphora satu teks saja untuk kata-kata konsekrasi bagi semua anaphora. Kami mengambil teks dari Anaphora Dua Belas Rasul dan menambahkannya sedikit sentuhan jika hal itu dianggap perlu untuk melancarkan alur bahasa dan bentuknya, selain juga untuk mengakomodasi melodi musik.

Dalam buku Qurbono semua anaphora ini dicetak berdampingan dalam bahasa Syriac dan Arab. Kami menginginkan agar terjemahan Arab ini elegan dan indah, terutama dalam pengenangan-pengenangan.

2 komentar:

  1. Trimakasih tulisannya Tuhan memberkati Aku mau tanya yang ada sholatnya itu gereja timur yang mana?apakah sholatnya gereja koptik dengan gereja oriental sama?

    BalasHapus
  2. Hi..tradisi sholat itu dimiliki oleh semua Gereja-gereja Ortodoks dan Katolik. Yang disebut sholat ini adalah mendoakan Mazmur-mazmur dan doa-doa lain yang susunan dan teknis pelaksanaannya memiliki perbedaan di setiap tradisi gerejani.

    Dalam Gereja Latin sholat itu dikenal dengan nama Liturgia Horarum (Ibadat Harian).

    Jika Anda ingin mendoakan sholat ini secara online, Anda tinggal mengunjungi website:
    http://universalis.com/ (tradisi Latin)
    atau
    http://orthodox.seasidehosting.st/ (tradisi Byzantine)
    atau
    http://www.copticchurch.net/topics/liturgy/agpeya/index.html (tradisi Koptik).

    Sebutan "Oriental" dalam peristilahan bahasa inggris berkaitan dengan Gereja sejauh dibedakan dari "East" menunjuk kepada Gereja-gereja yang terbentuk karena penolakan terhadap Konsili Chalcedon. Gereja Ortodoks Koptik dan Gereja Ortodoks Syria termasuk ke dalam rumpun Gereja Oriental. Keduanya memiliki 'counterpart' Katolik Koptik dan Katolik Syria (yang berasal dari sejumlah anggota Gereja Ortodoks Koptik dan Syria yang menjadi Katolik dan tetap mempertahankan tradisi gerejaninya sementara menerima dogma Katolik)

    BalasHapus