Dalam Yesus Kristus, yang adalah tujuannya, hukum Lama menemukan kesatuannya yang mendasar. Setelah berabad-abad, segala sesuatu yang ada dalam Hukum itu terpenuhi dalam Dia. Adalah Dia yang merupakan keseluruhan Kitab Suci, yang sejak semua dialah satu-satunya Firman Allah.
Dalam Dia verba multa [banyak firman] dari para penulis Alkitab menjadi untuk selama-lamanya Verbum unum [satu-satunya Firman]. Tanpa Dia, maka, ikatan kesatuan terlepas: Firman Allah sekali lagi tercerai menjadi potongan-potongan firman manusia; dengan banyak kata-kata, tidak hanya jumlah, tetapi juga makna tanpa kemungkinan kesatuan, karena seperti yang dikatakan oleh Hugo dari St. Viktor, “multi sunt sermones hominis, quia cor hominis non est unum” [banyaklah kata-kata manusia, karena hati manusia bukan satu].
Lihatlah, inilah satu-satunya Firman. Lihatlah Dia tinggal diantara kita, “Dia yang keluar dari Sion”(Yes 2:3), yang menjadi daging dalam rahim Sang Perawan. Omnem Scipturae universitatem, omne verbum suum Deus in uteruo virginis coadunavit [seluruh isi Kitab Suci, seluruh kata-katanya disatukan kembali oleh Allah dalam rahim Perawan itu].
Lihatlah sekarang kesatuan yang nyata, menyeluruh dan unik. Firman yang dipersingkat, yang dipadatkan, bukan hanya dalam arti pokoknya, tapi juga bahwa Dia yang dalam diri-Nya sendiri tak terjangkau dan tak dapat dimengerti, Dia yang dalam kekekalan berada di pangkuan Bapa merendahkan diri-Nya dalam rahim Perawan atau menyederhanakan diri-Nya ke dalam bentuk anak kecil di palungan Betlehem, seperti yang dengan yakin juga dikatakan oleh St. Bernard dan puteranya, seperti yang diulangi oleh M. Olier dalam himne Ofisi tentang hidup batin Maria [himne Ibd. Sore I HR. St, Maria Bunda Allah, Ibadat Harian hal. 84], dan juga yang baru saja kemarin diulangi oleh Romo Teilhard de Chardin; tetapi juga yang dan pada saat yang sama, dalam arti ini, isi Kitab Suci yang banyak itu, yang tersebar melintasi abad-abad, yang menantikan pada saat yang bersamaan ditampilkan kembali dan sekaligus dipenuhi dalam Dia, yaitu bahwa kata-kata Kitab Suci itu menjadi satu, lengkap, jelas, terjangkau, dan diilahikan dalam Diri-Nya. Semel locutus est Deus: Allah menyampaikan satu-satunya Firman-Nya, bukan hanya dalam diri-Nya, dalam kekekalan-Nya yang tak terjangkau.
Diambil dari:
Henri de Lubac, Esegesi Medievale. I quattro sensi della Scrittura [The Medieval Exegesis. The Four senses of the Scripture] Volume III, Jaca Book, Milano 1996.
Translated from the english translation found in 30Days In the Church and in the World [The english edition of italian magazine 30Giorni nella Chiesa e nel mondo directed by Giulio Andreotti] Year XXIV Number 12, 2006, pp 35-38.
Sabtu, 11 Agustus 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar