Antifon Pembukaan dan Perarakan Masuk
Dalam buku Missale Romanum ditentukan sebuah ayat dari Kitab Suci, atau kadang kutipan dari Bapa Gereja yang harus dinyanyikan untuk mengiringi jalannya perarakan. Jika perarakan berlangsung dengan cara meriah dan agak panjang maka ayat itu digunakan sebagai “refrein” bagi suatu mazmur yang dapat ditemukan dalam buku Graduale Romanum atau dipilih sendiri. Sebuah lagu dari buku nyanyian yang diakui oleh Konferensi Uskup dapat menggantikan fungsi antifon ini.
Ritus ini berfungsi terutama untuk mengiringi jalannya perarakan dari sakristi ke Altar, tetapi, juga dapat berguna untuk mempersatukan umat yang hadir dan menyiapkan hati untuk menghadap Allah. Karena itu, ritus ini selalu dapat dihapus jika perarakan berlangsung singkat dan sederhana. Dalam kesempatan khusus (Minggu Prapaskah I dan Hari-hari Tobat) dapat dinyanyikan Litani Para Kudus untuk mengiringi jalannya perarakan.
Tanda Salib dan Salam
Ibadat Israel selalu diawali dengan menyebut nama Allah (Shema Israeli; Ul 6:4), karena alasan inilah ibadat Kristen juga diawali dengan menyebut nama Allah “Bapa dan Putera dan Roh Kudus”. Sementara gerakan tangan menandai diri dengan tanda “T” yang diawali pada dahi menunjuk pada Yehezkiel 9: 4 dan Wahyu 7:3;9:4. Orang Kristen mengartikan tanda T adalah pralambang dari Salib Kristus dan memodifikasi bentuk T menjadi bentuk salib (sekalipun simbol salib “T” masih dipakai sejumlah komunitas tertentu seperti para Fransiskan).
Setelah Tanda Salib menyusul salam. Dalam Gereja Perdana tampaknya ada kebiasaan untuk meninggalkan salam khas Yahudi “Shalom Aleichem” dan seperti nampak dalam surat-surat Rasuli menggantinya dengan bentuk salam baru yang lebih panjang dan lebih khas Kristen walaupun maknanya sejalan, seperti “Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus (Rom 1:7; dan dengan sedikit variasi pada tiap awal surat-surat). Bagaimanapun juga generasi Kristen sesudahnya tampaknya lebih menyukai bentuk salam yang lebih singkat dan lebih mirip dengan bentuk salam Yahudi yaitu “Dominus vobiscum (Rut 2:4)” (Tuhan bersamamu) dan untuk Uskup “Pax vobis (Yoh 20: 19, 21)” (Damai bersamamu), disamping kemudian sejak 1969 kembali dipergunakan bentuk salam panjang gaya surat-surat Rasuli, seperti umum dipakai dalam Misa sekarang. Semua jawaban untuk salam ini adalah “et cum spiritu tuo” (dan bersama rohmu) yang diambil dari Gal 6:18.
Pengantar Singkat
Bagian ini samasekali tidak pernah dikenal dalam liturgi Kristen sepanjang zaman, dan baru diperkenalkan oleh Paus Paulus VI tahun 1969. Bagian ini boleh ditiadakan atau dalam Misa-misa yang tidak dinyanyikan antifon pembukaan dapat dibacakan disini.
Confiteor (Pernyataan Tobat)
Bagian ini baru muncul setidaknya sekitar abad ke 5, mulanya digunakan sebagai bagian dari persiapan pribadi Imam dan para pelayan sebelum Misa mulai, namun kemudian dimasukkan sebagai bagian tetap dari Misa sebagai salah satu doa persiapan di kaki Altar (bersama Mazmur 43 dan beberapa doa lain yang sekarang sudah “dipensiunkan”). Pada abad pertengahan seruan ini bertambah panjang dengan dimasukkannya sejumlah nama-nama orang kudus yang dimintai bantuan doa. Missale Romanum 1969 kemudian mempersingkat kembali seruan ini mendekati bentuk aslinya.
Dalam Missale Romanum seruan “Confiteor” boleh diganti dengan beberapa pilihan seperti: 1) litani pujian kepada Kristus yang dijawab seruan “Kyrie eleison, Christe eleison, Kyrie eleison”, 2) mengucapkan atau menyanyikan sejumlah mazmur tobat, 3) pemercikan air suci diiringi madah “asperges me” atau “vidi aquam” dalam masa paskah. Bentuk alternatif ke 3 merupakan tradisi yang tertua dari semua pilihan yang tersedia, sekitar abad pertengahan tradisi ini memudar dan muncul kebiasaan untuk mengambil sendiri air suci dan kemudian menandai diri sendiri dengannya saat masuk gedung gereja. Walaupun secara khusus kebiasaan pemercikan air suci sebelum Misa dimulai tetap dipertahankan dalam Misa Agung.
Sesudah bagian ini selesai Imam menucapkan pernyataan pengampunan yang singkat dan sederhana.
Kyrie eleison
Walaupun artinya adalah “Tuhan kasihani” namun mulanya seruan ini tidak digunakan sebagai seruan pertobatan tetapi digunakan sebagai tanggapan atas permohonan-permohonan (atau sebagai jawaban dalam doa umat) an sebenarnya lebih bernada pujian “Tuhan engkau penuh belaskasih” daripada seruan pertobatan. Dalam Liturgi abad keempat (dan di Gereja-gereja Timur sampai hari ini) doa umat (atau litani permohonan) diucapkan atau dinyanyikan di awal Misa dengan tiap permohonan dijawab “Kyrie eleison, Kyrie eleison, Kyrie eleison”, sementara di Roma muncul “Christe eleison” diselipkan diantara “Kyrie eleison” yang masih kita gunakan sampai sekarang. Di Roma rupanya muncul kebiasaan yaitu pada hari-hari biasa atau Misa dengan sedikit umat doa-doa permohonan itu dihilangkan dan hanya jawabannya saja yang diucapkan. Kebiasaan ini masih dipertahankan sampai sekarang, bahkan ketika doa umat dipindah ke sesudah Credo jawaban versi kuno nya tetap ditinggal di awal Misa, dan muncul penggunaan versi baru seperti dalam alternatif 2 Pernyataan Tobat diatas. Jika alternatif 2 dari pernyataan tobat dipakai maka bagian ini dihilangkan.
Gloria in excelsis Deo
Madah ini berasal mungkin dari sekitar abad ke 3, dan digunakan dalam Ibadat Pagi menurut Ritus Byzantine. Kemudian pengunaannya menyebar sampai akhirnya digunakan dalam semua Misa berkarakter pesta meriah. Dalam ritus Latin sekarang ini Gloria wajib dinyanyikan atau diucapkan dalam Misa yang diadakan pada Hari Minggu (kecuali selama Prapaskah dan Adven) serta Hari Raya (Solemnitas) dan Pesta (Festum). Pedoman Umum Misale Romawi no. 53 melarang teks madah ini diganti dengan teks-teks lain.
Collecta (Doa Pembukaan)
Di sebut Collecta (mengumpulkan) karena kebiasaan dimana sesudah Imam mengucapkan “Marilah berdoa” diadakan saat hening sejenak dimana setiap umat berdoa dalam hati untuk ujudnya masing-masing dan Imam dengan berbisik (atau dalam hati) mengucapkan intensi-intensi Misa yang diajukan pada hari itu. Biasanya teks dari Collecta ini mengungkapkan secara ringkas tema dari Misa pada hari yang bersangkutan. Collecta memiliki cirikhas bahwa ia wajib ditutup dengan konklusi panjang dimana ketiga pribadi Trinitas disebut satu per satu “Per Dominum nostrum Iesum Christum Filium tuum: Qui tecum vivit et regnat in unitate Spiritu Sancti, Deus, per omnia saecula saeculorum” (Demi Yesus Kristus, PuteraMu, Tuhan kami, yang bersama Dikau hidup dan berkuasa dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa) dan variannya sesuai terdapat dalam Pedoman Umum Misale Romawi.
Collecta harus dibaca sesuai dengan yang ditunjuk dalam Misa yang bersangkutan kecuali dalam hari-hari biasa tanpa pesta dapat digunakan pilihan sesuai yang diatur dalam buku-buku liturgis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar